“Tapi tak mengapa,” tutur perempuan kelahiran 1931 itu.
Dolly tidak menyangka Kongres Pemuda II pada 1928 akan menjadi peristiwa besar dalam sejarah Bangsa Indonesia.
Dolly tercatat sebagai anggota Ikatan Keluarga Pahlawan Indonesia tahun 1982 yang diketuai oleh istri dari Jenderal Achmad Yani.
Sebagai putri Agus Salim dan orang yang aktif dalam perjuangan kemerdekaan, Dolly tidak mendapatkan tunjangan apa-apa di hari tuanya.
Dolly merupakan sulung dari delapan bersaudara. Sikap ayahnya yang keras kepada Belanda menyebabkan ia dan saudara-saudaranya tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Mereka belajar membaca dan menulis dari Agus Salim secara langsung. “Ayah tidak mau melihat kami dididik secara kolonial,” kenang Dolly.
Baca juga: Mohammad Yamin, Perumus Sumpah Pemuda yang Sempat Alergi Ide Fusi Organisasi
Hal itu membuat beberapa orang menganggap Dolly tertutup. Namun hal itu tidak mengurangi minatnya pada dunia luar, termasuk keputusannya bergabung dengan Natioonal Indonesische Padvinderij.
"Boleh di bilang itulah (Natioonal Indonesische Padvinderij) dunia pergaulan pertama saya di luar rumah,” ujar perempuan kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat.
Meski ia tidak pernah mengenyam bangku sekolah, namun Dolly menguasai tiga bahasa asing yakni Belanda, Jerman dan Inggris.
“Semua lagu Inggris dan Jerman kami hafal. Sehingga tidak sadar menguasainya,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.