Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Benarkah Ivermectin Kurangi Risiko Kematian Pasien Covid-19 hingga 92 Persen?

Kompas.com - 17/10/2022, 14:14 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah artikel yang dibagikan di media sosial menyebutkan bahwa ivermectin mampu mengurangi risiko kematian pasien Covid-19 hingga 92 persen.

Angka itu disebutkan muncul dari studi peer-review terhadap obat anti-parasit ivermectin. Artikel tersebut ditayangkan theblaze.com pada 3 September 2022, kemudian dibagikan melalui Instagram di sini, sini dan sini.

Klaim tersebut mengutip hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmu kedokteran, Cureus, pada 31 Agustus 2022.

Keterbatasan metodologi penelitian

Dalam sebuah program penelitian, relawan di Kota Itajai, Brasil, diberikan ivermectin sesuai resep dokter pada Juli hingga Desember 2020.

Para peneliti menyatakan obat tersebut dapat mencegah rawat inap pada pasien Covid-19 dan angka kematian menurun 92 persen.

Kendati demikian, salah satu penulis laporan, Flávio Cadegiani, mengatakan kepada AFP bahwa penelitian masih belum cukup untuk menyetujui ivermectin sebagai obat Covid-19.

"(Ada) keterbatasan mengenai metodologi penelitian, (tepatnya) yang melekat pada studi observasional," katanya melalui email, 7 Oktober 2022.

Apakah ivermectin bermanfaat?

Amesh Adalja, senior scholar di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins Amerika Serikat (AS), mengatakan, penelitian menggunakan studi observasional dan terkontrol secara acak membuktikan tidak adanya dampak menguntungkan ivermectin terhadap pasien Covid-19.

Studi observasional ini penting terkait kekuatan sebuah penelitian dan membuatnya layak ditindaklanjuti.

Sedangkan percobaan secara sukarela tidak valid karena perlakuan terhadap relawan berbeda-beda, mulai dari makanan, kebersihan, perawatan, usia dan lain sebagainya.

"Belum ada data yang menunjukkan ivermectin bermanfaat," katanya, 6 Oktober 2022.

Ivermectin disetujui di AS sebagai obat infeksi parasit tertentu. Kemudian ivermectin disebut-sebut sebagai obat virus corona, terutama oleh kelompok anti-vaksin.

Padahal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada 2021 memperingatkan agar masyarakat tidak menggunakan ivermectin untuk obat Covid-19.

Bahkan, CDC dan Food and Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa konsumsi ivermectin berpotensi memberikan efek samping yang berbahaya bagi tubuh manusia.

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan ivermectin masih dalam tahap uji klinik.

Uji klinik dilakukan di sejumlah rumah sakit, di antaranya RSUP Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RSPAD Gatot Soebroto, RSAU, RSU Suyoto, dan RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet.

Namun hingga 10 Januari 2022, BPOM belum menerima laporan uji klinik. Sebelum uji klinik selesai, masyarakat diimbau tidak mengonsumsi ivermectin yang merupakan obat keras, secara sembarangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang 'Kartu Kabur Saat Demo'

[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang "Kartu Kabur Saat Demo"

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com