Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
"Di masa Pemilu 1955 tidak ada istilah kadrun," ucapnya.
Adapun isitlah kadrun baru muncul pada 2012 ketika Pilkada DKI, kemudian menjadi semakin marak pada 2019.
"Memang istilah kadrun ini baru muncul pada 2012 saat Pilkada DKI, kemudian mulai memuncak di tahun 2019. Isitlah ini muncul seiring dengan maraknya politik identitas," kata Asep.
Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada akhir Mei 2022, menunjukkan orang-orang yang memperkeruh politik identitas saat pemilu secara sadar termasuk di dalamnya influencer, buzzer, atau provokator.
Dilansir dari Harian Kompas, Senin (6/6/2022), berdasarkan survei Litbang Kompas, label seperti cebong, kampret, kadrun masih melekat dan menjadi wujud kebencian antarkubu.
Meski Pilpres 2019 telah berlalu, hubungan antara kubu yang berlawanan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Secara umum, publik menilai saat ini hubungan antara dua kubu yang berseberangan politik sejak Pilpres 2019 belum membaik.
Sebanyak 45 persen responden menyebutkan hubungan antara kedua kubu sebenarnya sudah semakin baik. Namun, porsi yang juga cukup besar, yakni 40,3 persen, menyatakan sebaliknya, alias semakin buruk.
Sebanyak 79,1 persen dari responden menilai keterbelahan akibat perbedaan pilihan politik ini akan merusak iklim demokrasi di negeri ini.
Narasi mengenai Njoto yang mencetuskan istilah kadrun adalah hoaks.
Istilah ini pertama kali muncul pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang digunakan untuk memecah belah, kemudian semakin ramai digunakan pada 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.