KOMPAS.com - Erupsi gunung berapi merupakan salah satu bencana yang berdampak mematikan bagi manusia.
Tidak banyak orang yang bisa lolos dari terjangan awan panas atau luncuran lava pijar yang meleleh dari kawah gunung.
Sejarah mencatat kehancuran berbagai peradaban karena letusan gunung berapi, seperti Tragedi Pompeii.
Namun, sejarah juga mencatat ada seorang pria bernama Ludger Sylbaris yang berhasil lolos dari bencana letusan gunung berapi dengan cara tidak biasa.
Ludger lolos dari maut karena mendekam di sel penjara. Bagaimana kisahnya?
Dilansir dari The Vale Magazine, lahir pada 1875 di pulau Martinique di Karibia, Ludger Sylbaris dikenal sebagai pelaku kriminal dan pembuat onar.
Pencurian kecil-kecilan, mabuk-mabukan, baku hantam dengan pedagang lokal adalah sebagian hal yang membuat Ludger mendapatkan reputasi sebagai "preman kampung".
Pada malam 7 Mei 1902, Ludger ditangkap karena memukuli seorang pria. Beberapa saksi mengatakan Ludger dalam kondisi mabuk saat melakukan perbuatan itu.
Ludger kemudian dijebloskan ke penjara semalaman. Karena sudah berulang kali melakukan tindakan kriminal, dia akhirnya ditempatkan di sel isolasi bawah tanah.
Keesokan harinya, Gunung Pelée, sebuah gunung berapi aktif yang terletak di ujung utara pulau itu, meletus. Ludger menjadi salah satu dari segelintir orang yang selamat.
Dilansir dari Atlas Obscura, letusan Gunung Pelée menyebarkan awan debu yang menggelapkan langit hingga sejauh 50 mil.
Gunung itu juga memuntahkan awan panas dan debu vulkanik dengan kecepatan ratusan mil per jam, menghancurkan segala yang diterjangnya dalam radius delapan mil.
Dalam sekejap kota St. Pierre rata dengan tanah. Orang-orang yang gagal menyelamatkan diri karena terbakar. Bahkan mereka yang berada di tempat pengungsian mengalami kesulitan bernapas karena udara sangat panas.
Hampir 30.000 penduduk pulau itu tewas seketika, dan kota itu terbakar selama berhari-hari sesudahnya. Ludger ditemukan empat hari setelah letusan oleh tim penyelamat yang mendengar tangisannya.
Meskipun berada di tempat teraman di pulau itu, dia mengalami luka bakar yang mengerikan karena udara di kamarnya telah memanas hingga lebih dari 1.000 derajat.