KOMPAS.com - Peristiwa meninggalnya seratusan suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/22) malam menjadi luka tidak hanya bagi dunia sepak bola, tetapi juga Indonesia dan dunia.
Setidaknya 125 orang tutup usia usai menyaksikan laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya, yang merupakan laga terpanas di Jawa Timur.
Sepak bola yang mestinya menjadi hiburan justru menjelma tragedi menyedihkan. Tragedi tersebut juga menjadi noda paling hitam dalam sejarah sepak bola Indonesia, dan mendapat sorotan dunia.
Pengamat sepak bola Tanah Air, Tommy Welly atau yang akrab disapa Bung Towel, menilai bahwa harus ada aksi konkret dan pertanggungjawaban para petinggi sepak bola di Indonesia.
Baca juga: Menilik Regulasi FIFA soal Larangan Penggunaan Gas Air Mata di Stadion
Menurut dia, para petinggi klub dan asosiasi sepak bola Indonesia seharusnya malu dengan terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Meminta maaf, tentu saja tidaklah cukup.
"Karena justru bukan yang pertama kali dan memakan banyak korban jiwa, jadi kejelasannya, pertangggungjawabannya jangan formalitas, basa basi. Artinya harus ada yang punya rasa malu dan tanggung jawab besar. Siapa itu? Mereka yang terlibat dalam persepakbolaan Indonesia," ujar Bung Towel kepada Kompas.com, Senin (3/10/2020).
Salah satu masalah yang muncul usai tragedi terjadi, adalah informasi yang serba simpang siur. Hoaks bersebaran, data mengenai jumlah korban pun simpang siur.
Pemerintah menyatakan bahwa jumlah korban jiwa ada 125 orang, yang sebagian besar di antaranya merupakan suporter.
Jumlah korban bisa saja melebihi jumlah yang diungkap pemerintah melalui Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Sebagai pembanding misalnya, Kementerian Kesehatan bahkan menyatakan jumlah korban tewas mencapai 131 orang.
Baca juga: Kemenkes: Korban Luka Berat Kanjuruhan 58 Orang, Meninggal Dunia 131 Orang
Aremania yang merupakan para pendukung Arema FC yang menjadi korban, bahkan menyatakan bahwa korban jiwa bisa mencapai lebih dari 200 orang.
Terkait detail angka korban simpang siur, Bung Towel berharap adanya keterbukaan dari pihak terkait. Apalagi, hal itu menyangkut identitas yang terkait nasib keluarga yang ditinggalkan.
Namun, Bung Towel melihat kesimpangsiuran tersebut terjadi karena kepanikan, sehingga pendataan masih belum rapi.
"Kalau soal itu sudah pasti karena menyangkut identitas, menyangkut nyawa manusia. Kesimpangsiuran mungkin karena kepanikan belum rapi, lah. Tapi berapa pun jumlanya ini sangat mencoreng dunia sepak bola Indonesia maupun dunia," ujar Bung Towel.
Baca juga: Andil Gas Air Mata dalam Berbagai Tragedi Sepak Bola di Dunia...