Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelahiran Tak Diharapkan Sang Ayah, Elizabeth I Jadi Ratu yang Mempersatukan Inggris

Kompas.com - 07/09/2022, 19:20 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Ia menguasai beberapa bahasa asing, seperti Yunani, Latin, Perancis, dan Italia. Kemampuan ini membantunya mengembangkan kemampuan diplomasi. Dia juga mempelajari teologi, namun lebih tertarik pada pengetahuan kenegaraan.

Saat ada pergantian kekuasaan, dari Henry ke Edward atau saat Mary merebut takhta dari Lady Jean Grey, Elizabeth selalu dibayangi kekhawatiran dituduh merebut kekuasaan yang bisa mengantarkannya pada hukuman berat.

Saat Ratu Mary I menghadapi pemberontakan, Elizabeth bahkan sempat ditahan di Menara London pada Januari 1554.

Kondisi Kerajaan Inggris juga sempat terbelah karena faktor agama. Raja Edward semasa hidupnya menganut Protestan, sedangkan Ratu Mary ingin agar Inggris kembali menjadi bagian dari Katolik Roma.

Sikap Mary yang kejam terhadap masyarakat Protestan membuat dia dikenal sebagai Bloody Mary.

Namun, Elizabeth tetap bersikap tenang dan menyatakan dirinya tidak berhubungan dengan pemberontakan terhadap Mary. Mata-mata kerajaan pun tak bisa membuktikan keterlibatan Elizabeth.

Elizabeth akhirnya menjadi ratu setelah Mary meninggal pada 1558. Sebagai penerus takhta dari dinasti Tudor, dia berusaha menyatukan negerinya, bahkan sejak pawai penobatannya.

Sikap dan penampilannya disebut berhasil menggabungkan kelembutan dan keagungan, yang secara politik mampu meyakinkan rakyat mengakui kepemimpinannya.

Tak menikah 

Selama kepemimpinannya, Ratu Elizabeth I masih harus menangani keretakan antara kelompok Katolik dan Protestan, serta pengaruh dari luar negeri, terutama Gereja Katolik Roma.

Hal itu juga berpengaruh pada rencana pernikahannya. Orang yang akan menjadi suaminya bisa saja mempengaruhi arah kerajaan cendrung ke Katolik atau Protestan, atau menyimpan kepentingan lain.

Maka rakyat pun tidak memalingkan perhatian mereka pada urusan ini. Ratu Elizabeth menghadapinya dengan menunjukkan cinta pada negara. Dia meyakinkan bahwa tanpa raja, pemerintahan itu tetap bisa diselenggarakan.

Sir Robert Naunton mencatat bahwa selain pangeran dan raja dari negara lain, ada anggota Dewan Penasihat Kerajaan Inggris, Earl Leicester, yang berusaha memikat Ratu Elizabeth I namun terus gagal.

"Saya hanya memiliki satu nyonya dan tidak ada tuan di sini," kata Ratu pada Earl Leicester dalam suatu kesempatan.

Dia dinilai enggan berbagi kekuasaan sehingga tidak menikah. Dia juga dianggap bukan ratu boneka dengan mengambil sendiri keputusan yang penting secara tegas dan berhati-hati.

Reformasi pemerintahan di bawah kepemimpinannya mengalami kemajuan. Elizabeth I enggan mengurusi keagamaan, namun dia mamanfaatkan urusan itu untuk kepentingan masyarakat.

Ratu Elizabeth I meninggal dunia pada 24 Maret 1603, setelah mengisyaratkan Raja James VI dari Skotlandia sebagai penerus, karena tak memiliki keturunannya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

Hoaks atau Fakta
Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! Ronaldo Kritik Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! Ronaldo Kritik Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Prabowo Menikah dan Bahaya Vaksin AstraZeneca

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Prabowo Menikah dan Bahaya Vaksin AstraZeneca

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Restoran Siap Saji Terbengkalai

[HOAKS] Foto Restoran Siap Saji Terbengkalai

Hoaks atau Fakta
Sejumlah Konten Hoaks Mencatut Timnas Indonesia di Piala Asia U23...

Sejumlah Konten Hoaks Mencatut Timnas Indonesia di Piala Asia U23...

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Puan Maharani Promosikan Obat Nyeri Sendi

[VIDEO] Beredar Hoaks Puan Maharani Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pengurangan Populasi Jadi 800 Juta Jiwa pada 2030

[HOAKS] Pengurangan Populasi Jadi 800 Juta Jiwa pada 2030

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru soal Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

INFOGRAFIK: Konteks Keliru soal Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Sejarah dan Fakta
Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Data dan Fakta
[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Sejarah dan Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com