Hoegeng selalu bersikap keras kepada perilaku korup dan tindakan korupsi. Jabatan sebagai Kapolri di era Orde Baru tidak sama sekali melunturkan prinsipnya. Ia enggan menerima barang atau sesuatu apapun yang bukan menjadi haknya.
Sikap arifnya itu ia tularkan kepada ketiga anaknya, Aditya Soetanto, Sri Pamujining Rahayu, dan Reni Soerjanti.
Dalam buku Hoegeng Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa (2009), Aditya Soesanto bercerita, sang ayah selalu menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya.
Untuk menghidupi keluarga, Hoegeng murni hanya menggunakan gajinya dari kepolisian.
Ia ogah menerima sesuatu yang bukan berasal dari gajinya sebagai polisi. Bahkan sang istri sampai membuka toko bunga di rumah untuk membantu keuangan keluarga.
"Memang kalau melihat anak-anak pejabat yang bisa apa saja dengan kekayaannya dan kekuasaanya, kadang kami juga iri. Kami juga ingin punya kendaraan bermotor atau mobil. Namun pikiran seperti itu bisa kami atasi dengan cara hidup kami yang sederhana dan tidak macam-macam," kata Aditya.
Baca juga: Ketika Soekarno Belikan Beha untuk Istrinya di AS, Cerita yang Menuai Kontroversi
Suatu ketika saat Hoegeng menjabat Kapolri, datang ke rumahnya dua orang membawa dua sepeda motor Lambretta.
Sepeda motor tersebut diberikan oleh seoarang pengusaha sebagai jatah untuk pejabat. Aditya pun senang karena keinginannya mempunyai sepeda motor terwujud.
Namun, kesenangan itu sirna ketika Hoegeng pulang dari kantor. Pria kelahiran Pekalongan ini bertanya dari mana sepeda motor tersebut.
Begitu mengetahui dari seorang pengusaha ia meminta ajudannya untuk mengembalikan sepeda motor Lambretta itu.
"Saya sempat kecewa namun kami bisa memahami sikap bapak," kenangnya.
Ketika saat itu banyak pejabat mengajak keluarganya ke luar negeri untuk kunjungan kerja, tetapi tidak dengan Hoegeng.
Hoegeng melarang keluaragnya untuk ikut kunjungan ke luar negeri karena tidak ingin ada orang yang menggunjingnya.
Baca juga: Dikenal Antisuap dan Tak Bisa Dinego, Kapolda Lampung Terima Hoegeng Awards
Jabatan sebagai Kapolri pun tidak disalahgunakan untuk melakukan nepotisme. Ketika anaknya ingin mendaftar masuk AKABRI ia melarangnya.
Padahal, jika Hoegeng mau sangat mudah untuk memasukkan anaknya. Sikapnya itu sempat membuat Aditya marah dan kecewa.
"Beliau tetap saja bicara memberi tahu bahwa bapak punya rencana lain. Bapak tidak ingin di keluarga Hoegeng ada yang masuk angkatan bersenjata. Dan saya sekarang bersyukur, bisa hidup sampai sekarang. Karena kalau dulu masuk Angkatan Udara ceritanya akan lain," tuturnya.