Peran Jakob Oetama dan PK Ojong cukup penting dalam lahirnya Kompas. Dalam harian Kompas pada 1980. Jakob Oetama menuliskan bahwa sebenarnya ia dan PK Ojong enggan menerbitkan surat kabar Kompas pada 1965.
Alasannya, menurut Jakob, lingkungan ekonomi, politik dan infrastruktur kala itu tidak menunjang.
Terlebih, ketika itu koran-koran antikomunis diberedel serentak. Diceritakan Jakob, untuk menerobos monopoli pemberitaan saat itu, PK Ojong berlangganan sejumlah surat kabar luar negeri.
Di samping itu, untuk melawan monopoli pemberitaan, Jakob Oetama dan PK Ojong merekrut pemuda yang belum pernah bekerja di penerbitan lain.
"Karena mereka belum terpengaruh politicial bias dan cara kerja di surat kabar lain," kata Jakob Oetama.
Dalam buku P.K. Ojong Hidup Sederhana Berpikir Mulia (2014) salah satu pemuda yang direkrut menjadi wartawan adalah Indra Gunawan.
Menurut Indra, Jakob Oetama dan PK Ojong mendidik wartawannya secara mandiri. Jakob memberi tugas tentang reportase, sedangkan PK Ojong memberi tugas terjemahan.
Hasil tulisan itu kemudian dibahas secara serius, tidak jarang penulisnya diminta untuk memperbaiki ataupun melengkapi tulisan yang dibuat. Walaupun, waktu itu koran Kompas belum terbit.
Redaksi Kompas saat itu dipenuhi oleh orang-orang muda. Ada yang bertugas ke luar menjadi reporter. Ada pula yang bertugas di kantor.
Hingga akhirnya, pada 28 Juni 1965 surat kabar Kompas akhirnya terbit secara perdana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.