Menurut Daryono, hasil riset prediksi gempa bumi sebaiknya tidak disebarluaskan untuk masyarakat umum karena dapat meresahkan.
"Apalagi hasil kajian prediksi tersebut disebarluaskan di Mamuju seperti saat ini, yang mana masyarakatnya sedang dilanda kecemasan, ketakutan, dan trauma akibat terdampak gempa pada 14-15 Januari 2021 lalu, tentu hal ini tidak elok karena memicu kecemasan dan ketakutan warga," tuturnya.
Menurut Daryono, sebaiknya kajian atau penelitian mengenai prediksi gempa bumi tidak terburu-buru disebarkan, terutama jika hasilnya belum terbukti akurat.
"Lain halnya, jika serangkaian uji coba dalam kajian prediksi gempa sudah sering dilakukan dan hasilnya terbukti handal, tepat dan akurat, maka hasil kajian ini dapat diterbitkan terlebih dahulu di beberapa publikasi jurnal ilmiah internasional bergengsi dan terindeks global (Q1)," kata Daryono.
Dari situ, hasil kajian prediksi gempa akan ditelaah oleh para pakar terkait, baik kerangka pikir, metode, data, cara penelitian, termasuk kesahihan landasan teori yang digunakan.
Ia mengatakan, jika publikasi tersebut berhasil, maka selanjutnya dapat disahkan secara operasional oleh lembaga terkait.
"Maka informasi prediksi gempa baru bisa dioperasionalkan untuk diinformasikan kepada masyarakat luas," ucap Daryono.
Daryono mengatakan, informasi prediksi gempa semacam itu tentu sudah terbukti akurat, sehingga diharapkan dapat menyelamatkan masyarakat dari bahaya gempa.
"Tetapi sayangnya, hingga saat ini di seluruh dunia belum ada peneliti perorangan, kelompok riset, maupun lembaga yang mampu dan berhasil memprediksi gempa dengan tepat dan akurat, sehingga prediksi gempa belum dioperasionalkan, dan belum layak diinformasikan kepada masyarakat luas," kata Daryono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.