Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar narasi tentang tiga warga China yang terpapar varian baru Covid-19 dari India, tetapi tidak terdeteksi dengan alat tes.
Disebutkan bahwa warga China ini terpapar virus muatan rangkap tiga dari India dan baru deketahui setelah menjalani prosedru computed tomography (CT) scan.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com narasi itu tidak benar alias hoaks.
Informasi mengenai tiga warga China yang terpapar varian baru Covid-19 dari India dan tidak terdeteksi dengan alat tes disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi lengkapnya:
Orang Cina yang bekerja di India kembali ke Cina dari India melalui Nepal. Setibanya di Chongqing, tes awal semuanya negatif. Tetapi dokter masih ragu, sehingga mereka melakukan CT scan untuk mereka dan menemukan lesi di paru-paru mereka, dan memastikan bahwa itu adalah virus mutan rangkap tiga India, membuktikan bahwa virus mutan super India ini dapat menghindari deteksi saat ini.
Sebagian besar pos pemeriksaan hanya mengandalkan tes biasa, dan Hong Kong dan sebagian besar negara tidak memberlakukan CT scan untuk orang yang memasuki negara tersebut, dan mereka tidak memiliki cukup waktu dan sumber daya untuk melakukannya. Jika perkiraan tersebut tepat, diyakini gelombang kelima wabah virus super akan segera muncul di Hong Kong dan dunia.
Pesan dari Singapura: "Virusnya kembali". Kali ini virus memiliki daya mematikan yang lebih kuat, taktik dan kamuflase, dan orang yang terinfeksi tidak batuk atau demam. "Kali ini gejalanya adalah nyeri sendi, kelemahan, kehilangan nafsu makan", sehingga angka kematian lebih tinggi, waktu kritis lebih singkat, dan terkadang tidak ada gejala, jadi berhati-hatilah! lebih berhati-hati.
Strain virus ini tidak bersembunyi di daerah nasofaring kita, sehingga tidak ada gejala awal seperti kehilangan penciuman atau rasa, dan menyerang paru-paru secara langsung, mempersingkat waktu onset.
Pada banyak pasien tanpa demam, sinar-X menunjukkan pneumonia toraks sedang. Tes skrining mukosa hidung seringkali negatif untuk COVID19, dan peningkatan jumlah hasil pemeriksaan tenggorokan dan hidung palsu, (COVID19), menyiratkan penularan langsung virus ke paru-paru, dan gangguan pernapasan akut (hipoksia) yang disebabkan oleh pneumonia virus.
Ini menjelaskan mengapa penyakit ini menjadi jauh lebih akut dan mematikan, dengan demam yang mungkin telah berubah menjadi penyakit yang parah. Harap diperhatikan: "Hindari tempat ramai", "Jaga jarak", "Pakai masker", "Sering cuci tangan dengan hand sanitizer atau sabun". Wabah ini lebih mematikan dari gelombang sebelumnya, dan kita harus lebih berhati-hati "Jangan pernah meremehkannya", ingat!
Mohon diteruskan ke saudara dan teman.
Terkait tiga warga China yang terpapar virus dari India dengan cerita serupa, pernah dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) pada April 2021.
Pada 22 dan 23 April 2021, tiga warga China terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka ada di antara penumpang pesawat yang baru terbang dari Nepal.
Ketiganya laki-laki berusia 20-30 tahun yang bekerja di India sejak 2019.
Mereka memulai perjalanan bisnis dari Noida ke New Delhi pada 19 April 2021. Mereka menerapkan protokol kesehatan dan terbang ke Kathmandu, Nepal pada 2021 April 2021.
Mereka pun diizinkan terbang ke Chongqing Municipality karena mengantongi hasi tes negatif sejak 17-19 April. Ketika sampai di China, tes amplifikasi asam nukleat atau nucleic acid amplification test (NAAT) menunjukkan hasil positif.
Mereka diketahui tertular virus corona varian B.1.617, yang saat itu ditetapkan sebagai variants of interest (VOI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut laporan, varian ini terdiri dari tiga jenis, yakni B.1.617.1, B.1.617.2, dan B.1.617.3.
Adapun varian B.1.617.2 kemudian menyebar lebih masif, sehingga WHO menetapkannya sebagai variants of concern (VOC) dan menamainya dengan varian Delta.
Klaim mengenai varian ini baru terdeteksi ketika dilakukan CT scan juga keliru.
Faktanya, ketiga warga China tersebut sebelumnya sudah terkonfirmasi positif Covid-19, kemudian pemeriksaan CT scan yang dilakukan oleh otoritas kesehatan setempat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Selain CT scan, ketiga pasien ini juga menjalani pemeriksaan suhu tubuh, tes darah, dan tes fungsi hati hingga jantung.
Betul bahwa ditemukan abnormalitas pada hasil CT scan dada, di mana ditemukan adanya lesi menular yang diklasifikasikan sebagai tipe umum Covid-19.
Pada 2021, narasi serupa juga beredar sehingga pemeriksa fakta Hong Kong dan Taiwan sudah membuktikan bahwa itu adalah hoaks.
He Meixiang, peneliti merangkap di Institut Ilmu Biomedis, Academia Sinica, menunjukkan bahwa virus memiliki 30.000 asam nukleat. Ketika virus corona baru bereplikasi, pasti ada mutasi acak.
Dia mengatakan bahwa NAAT secara keseluruhan, memiliki sensitivitas diagnostik yang lebih baik sehingga direkomendasikan untuk tes Covid-19.
Sejak awal kemunculan virus corona, terdapat beberapa jenis tes yang bisa digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi Covid-19 dalam tubuh, seperti rapid antobodi, rapid antigen, PCR, dan lainnya.
Rapid antibodi dan rapid antigen lebih sering digunakan untuk mendeteksi paparan virus Corona karena harganya yang lebih terjangkau. Jenis tes ini lebih banyak digunakan sebagai screening.
Meski lebih mahal, tes swab PCR memiliki tingkat sensitivitas lebih tinggi daripada uji lainnya, seperti antigen.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi menyarankan setiap masyarakat yang mengalami gejala tetap dianjurkan untuk menjalani tes Covid-19.
Gejala yang dimaksud yakni nyeri dan gatal di tenggorokan, demam, sakit kepala, pusing, hidung tersumbat, batuk dan kelelahan.
“Kalau kita mengalami gejala-gejala yang mengarah ke penyakit Covid-19, seperti keluhan demam, batuk pilek, nyeri tenggorokan, sebaiknya kita berpikir dulu memang diagnosis itu ke arah Covid-19. Jadi kita harus melakukan tes terlebih dahulu,” dikutip dari Kompas.com, Rabu (16/2/2022).
Hal serupa juga disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro
Virus corona memiliki masa inkubasi. Sehingga, bagi pasien yang bergejala namun hasil PCR swab test adalah negatif, tidak menutup kemungkinan pasien tersebut telah terpapar virus corona.
Pihaknya mengimbau, pasien dengan kasus seperti itu untuk melakukan isolasi mandiri dan mengulangi pemeriksaan PCR swab test di hari kelima.
“Jadi kalau udah hari kelima, jumlah virusnya banyak itu artinya dia jauh bisa lebih menular kepada orang lain, maka kita harus melakukan pemeriksaan ulang. Kalau misalnya hasilnya negatif, ya sudah itu berarti kita eliminasi sehingga tidak perlu lagi melanjutkan isolasi mandiri,” jelas dia.
Narasi mengenai mengenai tiga warga China yang terpapar varian baru Covid-19 dari India dan tidak terdeteksi dengan alat tes adalah hoaks.
Hoaks itu beredar sejak 2021, ketika varian B.1.617 dan varian Delta belum banyak menyebar di negara-negara lain.
Klaim mengenai alat tes Covid-19 tidak dapat mendeteksi varian tersebut juga keliru. Ketiga orang tersebut menjalani tes Covid-19 dan dinyatakan positif, kemudian dilakukan pengecekan kesehatan.
Pada pengecekan CT scan di dada, ditemukan adanya lesi menular yang diklasifikasikan sebagai tipe umum Covid-19. CT scan ini dilakukan setelah pasien terbukti positif Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.