Grozev mengatakan, ia sempat melihat dan memeriksa foto-foto yang menunjukkan dampak dari keracunan yang dialami oleh Abramovich dan negosiator Ukraina.
Namun, ia menyebutkan bahwa pemeriksaan terhadap mereka yang diduga mengalami keracunan tidak dapat dilakukan di kota Lviv, Ukraina, di mana romobongan Abramovich dan negosiator Ukraina sedang dalamn perjalanan menuju Istanbul, Turki.
Menurut Grozev, terlalu banyak waktu berlalu sebelum racun itu dapat dideteksi oleh tim forensik Jerman, ketika tim tersebut pada akhirnya berhasil melakukan pemeriksaan.
"[Racun] itu tidak dimaksudkan untuk membunuh, itu hanya sebagai sebuah peringatan," kata Grozev.
Peringatan untuk tidak menghentikan perang
Dilansir dari BBC, Kamis (29/3/2022) pengamat keamanan global Frank Gardner, mengungkapkan pandangannya mengenai dugaan keracunan yang dialami Abramovich dan dua negosiator Ukraina.
Menurut Gardner, hasil pemeriksaan yang dilakukan pakar senjata kimia menyimpulkan bahwa insiden ini disebabkam oleh penggunaan zat kimia yang disengaja.
"Tapi kita tidak tahu siapa yang melakukannya. Tidak ada yang mengeklaim bertanggung jawab," kata Gardner.
Gardner mengatakan, sulit bagi orang-orang untuk tidak mengaitkan penyebab peristiwa ini dengan pemerintah Rusia.
"Tak bisa dipungkiri orang-orang akan menduga bahwa ini adalah pekerjaan GRU, badan intelijen militer Rusia, yang telah dipastikan oleh Inggris berada di belakang peracunan Novichok Salisbury pada 2018," ujar Gardner.
Ia mengatakan, sejauh ini Rusia belum memberikan komentar terkait dugaan peracunan yang dialami Abramovich dan dua negosiator Ukraina.
"Dan tidak ada bukti bahwa mereka bertanggung jawab," tuturnya.
Namun, menurut Gardner, seseorang sepertinya ingin mengirimkan peringatan kepada mereka yang terlibat dalam perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.
"Ini bukan dosis yang mematikan, itu adalah sebuah peringatan," kata Gardner.
Gardner mengesampingkan pendapat dari sumber anonim pemerintah Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa insiden itu disebabkan faktor lingkungan. Menurutnya hal itu janggal.
"Tidak ada orang lain yang mengalami gejala yang sangat serius ini. Pakar senjata kimia, Hamish De Bretton-Gordon, mengatakan kepada BBC bahwa sangat tidak mungkin faktor lingkungan ada hubungannya dengan itu [keracunan]," kata Gardner.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.