Menurut Daryono, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng di Zona Megathrust Segmen Mentawai-Siberut.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas dari gempa megathrust," kata Daryono, melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (14/3/2022).
Daryono menyebutkan, gempa tersebut terletak di zona seismic gap atau zona kekosongan gempa besar yang berada di Kepulauan Mentawai bagian Utara.
"Gempa besar terakhir di zona ini adalah gempa dahsyat berkekuatan ~8,5 yang terjadi pada 10 Februari 1797 atau sudah 225 tahun yang lalu, sehingga zona ini merupakan zona kekosongan gempa besar yang sudah berlangsung sangat lama," tuturnya.
Ia mengatakan, gempa dahsyat di Kepulauan Mentawai dengan magnitudo 8,5 pada 10 Februari 1797 memicu tsunami di Mentawai, Sumatra Barat, Sumatra Utara, yang menerjang pantai dan muara sungai hingga menggenangi pesisir Kota Padang.
"Banyak rumah hanyut, bahkan kapal besar dapat terdorong 5,5 km ke daratan. Tsunami ini menewaskan lebih dari 300 orang," kata Daryono.
Harus diwaspadai
Menurut Daryono, gempa yang terjadi pagi tadi harus menjadi sinyal untuk meningkatkan kewaspadaan, mengingat terjadi di zona seismic gap yang sudah lebih dari 200 tahun.
"Apakah ini gempa pembuka atau bukan, hal ini masih sulit diprediksi," kata dia.
Sementara itu, dalam keterangan tertulisnya, Abdul Muhari mengutip hasil kajian inaRISK yang menyebutkan bahwa wilayah Nias Selatan merupakan wilayah yang rawan terhadap dampak bahaya gempa bumi.
"Menurut kajian inaRISK, sebanyak 35 kecamatan (di Nias Selatan) berada pada potensi bahaya gempa bumi dengan kategori sedang hingga tinggi," kata Abdul Muhari.
"Sebanyak 364.880 jiwa yang tersebar pada 35 kecamatan itu berpotensi terpapar dampak gempa," imbuhnya.
Abdul Muhari mengatakan, menyikapi potensi bahaya gempa yang dapat terjadi setiap saat, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siap siaga.
"Saat gempa warga dapat berlindung di bawah perabot yang kuat dengan melakukan drop, cover and hold on atau evakuasi keluar bangunan saat situasi sudah aman," ujar dia.
"Warga juga diimbau untuk siaga akan bahaya lainnya yaitu tsunami yang dapat dipicu oleh gempa bumi," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.