KOMPAS.com - Bulan ini, Februari 2022, genap 25 tahun sejak pengumuman kelahiran domba pertama hasil kloning, Dolly, pada 22 Februari 1997.
Keberhasilan para ilmuwan mengkloning Dolly dari sel domba dewasa, lalu menanamnya ke induk pengganti hingga akhirnya lahir ke dunia, menjadi terobosan besar di bidang sains.
Sejak saat itu, kloning tak lagi menjadi hal yang mustahil, dan bahkan menjadi sebuah prosedur yang terus disempurnakan oleh para ilmuwan.
Namun demikian, ternyata masih banyak hal-hal seputar kloning yang disalahpahami oleh banyak orang, hingga melahirkan beragam mitos terkait prosedur itu.
Dikutip dari laman resmi Food & Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, berikut sejumlah mitos seputar kloning:
1. Mitos: kloning adalah DNA hewan tertentu yang dicangkokkan ke tubuh lain
Menurut FDA hal itu tidak benar. Klon dilahirkan sama seperti hewan lainnya. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa klon tidak memerlukan sperma dan sel telur untuk bersatu menjadi embrio.
Embrio klon dibuat dengan menggunakan seluruh sel atau inti sel dari hewan donor dan menggabungkannya ke sel telur yang intinya dihilangkan.
Embrio itu ditanamkan ke dalam rahim pengganti (istilah ternak yang digunakan peternak untuk merujuk pada induk betina dari seekor hewan) untuk tumbuh seolah-olah itu berasal dari transfer embrio atau fertilisasi in vitro.
Baca juga: Ilmuwan Malaysia Gunakan Teknologi Kloning Kembalikan Badak Sumatera
2. Mitos: hewan hasil kloning memiliki tampilan dan temperamen yang identik dengan donornya
Mitos tersebut dibantah oleh FDA. Hewan hasil kloning tidak selalu identik dengan donornya.
Faktanya, banyak hewan hasil kloning yang memiliki sedikit variasi, misalnya dalam warna dan pola bulu.
Sementara itu, genetik tidak sepenuhnya memberikan pengaruh dalam pembentukan temperamen. Temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh cara hewan dibesarkan.
3. Mitos: hewan hasil kloning mudah terserang masalah kesehatan
Menurut FDA, sebagian besar klon babi dan kambing lahir sehat, tumbuh normal, dan tidak lebih rentan terhadap masalah kesehatan daripada rekan-rekan non-klon mereka.
Kebanyakan klon yang normal saat lahir menjadi sekuat dan sehat seperti hewan muda lainnya.
Baca juga: Snuppy, Anjing Kloning Pertama di Dunia, Dikloning Ulang dan Sukses
Klon anak sapi dan domba dengan kelainan saat lahir dapat terus memiliki masalah kesehatan selama beberapa bulan pertama.
Akan tetapi setelah usia enam bulan, mereka benar-benar tidak dapat dibedakan dalam penampilan dan pengukuran darah dari hewan yang dibiakkan secara konvensional pada usia yang sama.