Melansir laman edukasi Stanford, 3 September 2008, secara spesifik pseudosains berkaitan dengan doktrin dan praktik non-ilmiah, termasuk penolakan terhadap sains atau fakta.
Istilah ini berasal dari bahasa Latin "pseudoscientia" yang sudah digunakan sejak paruh pertama abad ke-17 dalam diskusi tentang hubungan antara agama dan penyelidikan empiris
Adapun penggunaan istilah bahasa Inggris "pseudoscience" tertua tercatat pada 1796, ketika sejarawan James Pettit Andrew menyebut alkimia sebagai ilmu semu yang fantastis.
Umumnya, kata "sains" digunakan untuk merujuk ilmu alam dan bidang penelitian lain yang dianggap serupa dengannya. Sementara, ekonomi, politik, dan sosiologi dianggap sebagai ilmu, sedangkan studi sastra dan sejarah dikecualikan.
Sejak paruh kedua abad ke-20, disiplin ilmu integratif seperti astrofisika, biologi evolusioner, biokimia, ekologi, kimia kuantum, ilmu saraf, dan teori permainan telah berkembang dengan pesat, sehingga berkontribusi untuk menyatukan disiplin ilmu yang sebelumnya tidak berhubungan.
Pseudosains menentang berbagai bidang ilmu tersebut.
Oxford English Dictionary mendefinisikan pseudosains sebagai ilmu yang pura-pura atau palsu.
Pseudosains juga bisa merujuk pada kelompok atau kepercayaan duniawi yang secara keliru menganggap suatu informasi berdasarkan metode ilmiah atau menjadi kebenaran ilmiah, padahal salah.
Beberapa bentuk pseudosains memiliki tujuan utama untuk melawan teori ilmiah atau cabang ilmu pengetahuan. Ini juga bisa disebut promosi teori semu atau penyangkalan terhadap sains.
Penolakan terhadap sains kemudian menghasilkan kontroversi palsu dengan klaim yang seolah ilmiah.
Strategi samacam ini sudah diterapkan sejak 1930-an oleh para penyangkal teori relativitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.