Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Wilayah Antartika Tidak Boleh Dikunjungi?

KOMPAS.com - Beredar narasi bahwa Antartika atau Kutub Selatan merupakan wilayah terlarang.

Pesawat dilarang terbang di atas Antartika dan manusia tidak boleh mengunjunginya.

Berikut narasi yang dibagikan akun Facebook ini (arsip) pada 7 Januari 2024 (diterjemahkan ke bahasa Indonesia):

Mengapa akses ke Antartika dibatasi?

Fakta yang aneh adalah pesawat tidak diizinkan terbang di atas Antartika. Lebih khusus lagi, penerbangan semacam itu dilarang, dan kunjungan ke benua itu sendiri juga dibatasi.

Bersiaplah untuk terkejut.

— Antartika adalah satu-satunya benua di mana orang-orang biasa dilarang tinggal, semua karena pihak berwenang menyembunyikan penghalang untuk menutupi keberadaan peradaban lain.

— Terdapat bukti terdokumentasi mengenai ketertarikan Nazi di Antartika. Antara tahun 1944 dan 1945, sekitar 14 ekspedisi besar dilakukan dari Jerman ke Antartika.

— Pada peta tahun 1513, Antartika digambarkan berwarna hijau; sebelum perang nuklir pada abad ke-18, wilayah ini pernah menjadi wilayah yang berkembang pesat. Keaslian peta tersebut telah diverifikasi dan saat ini disimpan di Istanbul.

Masih percaya ini hanya kebetulan belaka? (Sebelum perang nuklir abad ke-18!!!)

Bagaimana faktanya?

Media pemeriksa fakta Full Fact, Kamis (25/1/2024), menerbitkan artikel yang berisi bantahan terhadap narasi tersebut.

Pertama, penerbangan di atas Antartika tidak dilarang

Terdapat penerbangan khusus untuk tujuan penelitian ilmiah dan pariwisata ke Antartika. 

Selain itu, orang tidak dilarang mengunjungi Antartika. Bahkan, sejumlah perusahaan pariwisata mengadakan tur ke sana.

Kunjungan rekreasi ke benua es tersebut diperkirakan akan mencapai 100.000 per tahun pada musim ini. Adapun Antartika telah dibuka untuk wisatawan pada tahun 1920-an.

Meskipun sebagian besar tamasya menggunakan kapal pesiar, pada tahun 2022-2023, sekitar 71.346 orang mendarat di Antartika untuk wisata singkat.

Sementara, 821 orang tercatat melakukan eksplorasi mendalam di benua tersebut.

Kedua, ketertarikan Nazi terhadap Antartika

Meski Jerman di bawah Adolf Hitler tercatat memiliki "ketertarikan" terhadap Antartika, namun tidak ada bukti bahwa terdapat 14 ekspedisi pada masa-masa terakhir Perang Dunia Kedua.

Ekspedisi Jerman ke Antartika dilakukan antara tahun 1938 dan 1939 sebagai bagian dari rencana negara tersebut untuk mencari pengganti minyak ikan paus.

Sebuah laporan dari Scott Polar Research Institute di Universitas Cambridge mengatakan, tidak ada bukti bahwa aktivitas Jerman di Antartika berlanjut setelah ekspedisi 1938 atau selama Perang Dunia Kedua.

Aktivitas Jerman di Antartika baru dilanjutkan pada 1959, ketika orang Jerman pertama mendarat bersama ekspedisi Rusia.

Stasiun penelitian Jerman pertama dibuka di Antartika pada 1976. Namun, stasiun itu berhenti beroperasi pada 1993 dan dibongkar pada 1996.

Ketiga, peta Antartika berwarna hijau dan subur

Peta yang dicantumkan dalam narasi tersebut berasal dari atlas dunia versi Portugis yang dibuat sekitar tahun 1519, dan saat ini disimpan di Perpustakaan Nasional di Perancis.

Meski tampak menunjukkan benua Antartika, namun wilayah geografis yang digambarkan dalam atlas tersebut adalah Samudera Atlantik Utara, Eropa Utara, Kepulauan Azores, Madagaskar, Samudera Hindia, Laut China, dan Laut Cina Selatan, Maluku, Brasil, Samudera Atlantik dan Mediterania.

Keempat, perang nuklir pada abad ke-18

Tidak ada bukti para ilmuwan telah menemukan cara mengembangkan senjata nuklir pada tahun 1700-an, atau bahwa perang nuklir terjadi di Antartika pada periode tersebut.

Selain itu, tidak ada bukti bahwa peradaban lain bertempat di Antartika, yang suhu rata-rata di pedalamannya adalah minus 57 derajat Celcius dan merupakan benua terdingin, paling berangin, dan paling kering di antara semua benua di Bumi.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2024/01/26/175500682/benarkah-wilayah-antartika-tidak-boleh-dikunjungi-

Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Rihanna Hadiri Met Gala 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten AI, Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

[KLARIFIKASI] Konten AI, Video Iwan Fals Nyanyikan Lagu Kritik Dinasti Jokowi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Raja Denmark Frederik X Kibarkan Bendera Palestina

[HOAKS] Raja Denmark Frederik X Kibarkan Bendera Palestina

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pembegalan di Kecamatan Cicalengka Bandung pada 7 Mei

[HOAKS] Pembegalan di Kecamatan Cicalengka Bandung pada 7 Mei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Serangan Serentak 5 Negara ke Israel

[HOAKS] Serangan Serentak 5 Negara ke Israel

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Konteks Keliru soal Pertemuan Jokowi dan Megawati pada 2016

[VIDEO] Konteks Keliru soal Pertemuan Jokowi dan Megawati pada 2016

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Ikan Raksasa Bernama Hoggie, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Ikan Raksasa Bernama Hoggie, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke