Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Februari Hanya 28 Hari, Bermula dari Takhayul Romawi Kuno

KOMPAS.com - Februari adalah bulan terpendek dalam kalender Masehi karena hanya memiliki 28 hari, atau 29 hari pada tahun kabisat. Bulan lain memiliki setidaknya 30 hari.

Alasan Februari hanya memiliki 28 hari berhubungan dengan takhayul Romawi kuno.

Dilansir Britannica, kalender Masehi dikembangkan dari kalender Romawi kuno yang awalnya hanya memiliki 10 bulan dalam satu tahun.

Pada era raja kedua Romawi, Numa Pompilius, jumlah bulan dalam satu tahun diubah menjadi 12 dengan menambahkan Januari dan Februari agar selaras dengan siklus lunar atau pergerakan bulan.

Pada kalender awal, terdapat enam bulan yang memiliki 30 hari dan empat bulan yang memiliki 31 hari. Sehingga total terdapat 304 hari dalam satu tahun.

Namun, Pompilius ingin menghindari angka genap dalam kalender barunya karena takhayul Romawi meyakini bahwa angka genap membawa sial.

Dia mengurangi satu hari dari masing-masing bulan yang memiliki 30 hari menjadi 29. Pengurangan itu membuat total hari dalam satu tahun menjadi 298.

Agar kalender tersebut selaras dengan siklus lunar yang memiliki 355 hari, masih ada 56 hari yang harus dibagi ke masing-masing bulan.

Akan tetapi, Pompilius dihadapkan pada fakta bahwa setidaknya satu dari 12 bulan harus mengandung jumlah hari yang genap.

Pada akhirnya Numa memilih Februari, bulan diselenggarakannya ritual Romawi kuno untuk menghormati orang mati, sebagai bulan sial yang terdiri dari 28 hari.

Tahun kabisat

Kalender Romawi yang terdiri dari 355 hari dalam setahun berlaku sampai masa pemerintahan Julius Caesar, yang hidup antara tahun 100-44 SM.

Pada tahun 45 SM, Caesar memerintahkan seorang ahli matahari untuk membuat kalender baru yang mencerminkan siklus matahari.

Seperti pernah ditulis Kompas.com sebelumnya, Sosigenes, ahli matahari yang ditugasi membuat kalender oleh Julius Caesar, menemukan bahwa satu tahun revolusi Bumi atau siklus matahari sama dengan 365,25 hari.

Jumlah hari itu dibulatkan menjadi 365 hari. Karena seperempat hari ekstra yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit Matahari tidak dihitung, maka kalender tidak sepenuhnya selaras.

Untuk itu, Sosigenes mengusulkan penambahan satu hari pada bulan Februari setiap empat tahun sekali agar kalender tetap selaras. Hal ini disebut sebagai tahun kabisat.

Dengan demikian, dalam Kalender Julian, setiap tiga tahun terdapat 365 hari, dan setiap tahun ke-4 disebut tahun kabisat yang memiliki 366 hari.

Dalam sistem Kalender Julian, tahun kabisat terjadi setiap empat tahun sekali, tanpa kecuali.

Kalender Gregorian

Seiring berjalannya waktu, kalender Julian dirasa perlu direvisi. Hal itu mendorong terciptanya kalender Gregorian. yang dirancang oleh Paus Paus Gregorius XIII pada 1582.

Selama lima tahun, Paus Gregorius XIII bersama dengan ahli fisika, Aloysius Lilius dan ahli astronomi, Christopher Clavius, mencoba memperbaiki Kalender Julian.

Setelah lima tahun, mereka menemukan bahwa hitungan dalam Kalender Julius, di mana satu tahun adalah 365,25 hari, ternyata kelebihan.

Temuan Paus Gregorius XIII dan timnya adalah, satu tahun yang sebenarnya dihitung sebagai 365,242 hari.

Meski selisihnya terasa sangat sedikit, tetapi selisih waktu tersebut yang terakumulasi selama berabad-abad dapat menggeser waktu equinox.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, kriteria tahun kabisat diubah tidak sesederhana penghitungan Kalender Julian yang dipastikan akan terjadi setiap empat tahun sekali.

Menurut Paus Gregorius XIII, sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400.

Misalnya, tahun 2000 merupakan tahun kabisat, tetapi tidak dengan tahun 2100, 2200, atau 2300.

Sistem penanggalan ini mulai diterapkan pada 1582, yang kemudian dikenal sebagai Kalender Gregorian atau Kalender Masehi, yang saat ini digunakan sebagian besar masyarakat di dunia.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/02/02/093600882/sejarah-februari-hanya-28-hari-bermula-dari-takhayul-romawi-kuno

Terkini Lainnya

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke