Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penipuan Online Semakin Berkembang, Pelaku Memanfaatkan Emosi Korban

KOMPAS.com - Penipuan daring atau online kembali terjadi di media sosial. Kali ini modusnya mengirim pesan kepada korban untuk memberitahukan soal unggahan bermasalah.

Salah satunya seperti yang diceritakan oleh warganet di Tiwtter @SeputarTetangga pada Selasa (20/12/2022).

"Trik ngechat bawa problem biar orang panik. Parah banget. Kalau yg dapet chat begini orang yg kagetan, bisa diklik sembarangan link nya," tulisnya.

Pada gambar yang dilampirkan, tampak pelaku mengirim pesan melalui WhatsApp, kemudian memberitahukan bahwa korban mengunggah sesuatu tentang produk mereka.

Dia meminta korban untuk menghapus unggahan itu sebelum dilaporkan dan akun korban diancam akan diblokir oleh Instagram.

Pelaku pun mengirimkan sebuah link dengan logo Instagram. Ketika di klik, tampilan situsnya mirip laman login Instagram.

Tampilan lamannya sengaja dibuat mirip agar korban mengisi nama pengguna dan kata sandi, sehingga data pribadi korban dapat diketahui oleh pelaku.

Memanfaatkan emosi korban

Contoh kasus di atas merupakan penipuan online di mana pelaku memanfaatkan emosi korban agar dia panik, kemudian mengeklik tautan yang dikirim.

Pakar komunikasi digital sekaligus dosen ilmu komunikasi Universitas Indonesia, Firman Kurniawan Sujono mengatakan, modus penipuan lewat platform online ini terus berkembang.

"Dinamikanya sangat tinggi, banyak orang sudah mengantisipasinya tetapi muncul lagi pola baru. Kalau kita lihat modusnya memanfaatkan rasio orang, pikiran orang. Muncul pula yang emosional," kata Firman saat dihubungi Kompas.com, Rabu (21/12/2022).

Pelaku sengaja memancing korban seolah mereka terlibat masalah. Tujuannya adalah untuk membuat korban panik dan tidak berpikir panjang untuk mengeklik tautan yang diberikan.

"Merasa bersalah, merasa harus segera ditangani, kemudian tidak sempat berpikir karena memanfaatkan emosi tadi. Sehingga banyak yang terjebak," tutur Firman.

Cara menghindari

Penipuan dengan memancing emosi korban bukan hanya sekali ini terjadi. Pada awal Desember 2022 lalu, beredar scam file APK mengatasnamakan kurir ekspedisi hingga PLN.

Modus lain yang telah lama digunakan yakni berpura-pura sebagai kenalan kemudian meminjam uang, ada dalam bentuk tantangan di Instagram, hingga pembagian hadiah.

Sebagai langkah untuk menhindari penipuan online, menurut Firman, adalah dengan memahami polanya. Masyarakat perlu tahu modus-modus apa saja yang selama ini ditemukan.

"Penipuan online terus berkembang sehingga kita perlu mempelajari kemungkinan-kemungkinannya. Orang untuk mencari keuntungan lewat platform digital ini tidak pernah berhenti, sehingga kita perlu mempelajari modus-modusnya," ujarnya.

Firman memaparkan, pada dasarnya penipu menggunakan metode social engineering, di mana pelaku memanipulasi korban untuk mendapatkan akses informasi pribadi atau data berharga.

"Jadi memancing orang untuk memberikan data pribadi, seperti nomor telepon, KTP, password dan sebagainya dengan berbagai macam modus yang akhirnya itu yang dituju," kata dia.

Maka, Firman mengimbau kepada masyarakat agar jangan sembarangan mengeklik dan memberikan data pribadi.

"Ketika diminta data pribadi, itu tentu jangan. Terutama ketika orang itu tidak dikenal dan tidak ada relevansinya dengan kita, jangan diberikan," ujar dia.

Poin utama dalam penipuan online yang memancing emosi adalah membuat korban panik dan tidak berpikir panjang.

Maka, satu hal yang dapat kita lakukan untuk menhindari penipuan online adalah tetap tenang.

"Tenang, itu kata kuncinya," ucap; Firman.

Cerna baik-baik pesan yang diterima, kemudian abaikan jika memang merasa tidak melakukan kesalahan atau pesan itu tidak relevan.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/12/22/084340282/penipuan-online-semakin-berkembang-pelaku-memanfaatkan-emosi-korban

Terkini Lainnya

INFOGRAFIK: Video Hashim dan Prabowo Terkait Janji Politik Disajikan dalam Konteks Keliru

INFOGRAFIK: Video Hashim dan Prabowo Terkait Janji Politik Disajikan dalam Konteks Keliru

Hoaks atau Fakta
Cahaya Langit Aurora Tidak Terkait Eksperimen HAARP

Cahaya Langit Aurora Tidak Terkait Eksperimen HAARP

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Vladimir Putin Umumkan Rusia Akan Bersatu dengan Yaman

[HOAKS] Video Vladimir Putin Umumkan Rusia Akan Bersatu dengan Yaman

Hoaks atau Fakta
Hoaks Terkait Sandra Dewi, Dijemput Paksa Polisi dan Temuan Emas Batangan

Hoaks Terkait Sandra Dewi, Dijemput Paksa Polisi dan Temuan Emas Batangan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Warga Gaza Buat Video Rekayasa untuk Tarik Simpati

[HOAKS] Warga Gaza Buat Video Rekayasa untuk Tarik Simpati

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksinasi Covid-19 Empat Kali Runtuhkan Sistem Kekebalan

[HOAKS] Vaksinasi Covid-19 Empat Kali Runtuhkan Sistem Kekebalan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Guinea Takut Suporter Indonesia, Playoff Olimpiade Paris Digelar Tertutup

[HOAKS] Pelatih Guinea Takut Suporter Indonesia, Playoff Olimpiade Paris Digelar Tertutup

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Tentara IDF Menyelamatkan Bayi di Gaza

[HOAKS] Foto Tentara IDF Menyelamatkan Bayi di Gaza

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Timnas U23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024

INFOGRAFIK: Hoaks Timnas U23 Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Laga Indonesia Vs Guinea Diulang karena Wasit Terbukti Curang

[VIDEO] Hoaks Laga Indonesia Vs Guinea Diulang karena Wasit Terbukti Curang

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Ada Bukti Boneka Pinocchio Dibuat dari Kulit dan Rambut Budak

[KLARIFIKASI] Tidak Ada Bukti Boneka Pinocchio Dibuat dari Kulit dan Rambut Budak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] FIFA dan AFC Blacklist Timnas Uzbekistan karena Terbukti Doping

[HOAKS] FIFA dan AFC Blacklist Timnas Uzbekistan karena Terbukti Doping

Hoaks atau Fakta
Mitos dan Fakta Seputar Metode Kontrasepsi Vasektomi

Mitos dan Fakta Seputar Metode Kontrasepsi Vasektomi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] WN Rusia Dideportasi karena Bantu Tangkap Mafia Narkoba

[HOAKS] WN Rusia Dideportasi karena Bantu Tangkap Mafia Narkoba

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pada Mei 2024, PSSI Pastikan Indonesia Vs Portugal Digelar September

[HOAKS] Pada Mei 2024, PSSI Pastikan Indonesia Vs Portugal Digelar September

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke