KOMPAS.com - Beredar narasi di media sosial yang menyebut bahwa dokter melarang masyarakat mengonsumsi garam alami dan lebih menganjurkan garam beryodium.
Narasi itu menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi garam tanpa yodium karena mengandung 84 elemen, seperti kalsium, besi, seng, kalium, dan tembaga.
Berdasarkan konfirmasi dan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar alias hoaks.
Terlepas dari beryodium atau tidak, ada batasan konsumsi garam bagi manusia. Namun, tidak ada larangan mengonsumsi garam tanpa yodium.
Narasi yang beredar
Informasi yang menganjurkan mengonsumsi garam tanpa yodium karena diklaim lebih sehat, disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.
"Mengapa garam dilarang bahkan di bawah pengawasan dokter? Karena jika masyarakat makan garam alami Ini akan menjadi menyarakat yang sehat. Garam alami dilarang karena alasan ini. Jadi apa itu garam alami?" tulis teks pada gambar yang turut beredar.
Berikut cuplikan narasinya:
Pembodohan sistemik, katanya kalau makan garam alami akan bahaya karena tidak mengandung Yodium..
Padahal...
Garam alami adalah mineral yang kaya akan natrium, yang penting bagi tubuh, dan inilah yang tidak diketahui atau sengaja lupa dikatakan oleh dokter, meskipun mereka mengetahuinya.
Sedangkan bahan kimia yang dijual dengan nama garam beryodium bersifat karsinogenik dengan cara membusukkan organ dalam.
Garam laut dan garam batu sangat penting untuk kehidupan
Terutama untuk otak Anda dapat bekerja dengan baik, Anda mungkin harus menggunakan garam batu (garam krosok)
Garam alami yang dimaksud dalam narasi itu adalah garam yang tidak beryodium. Garam tanpa yodium sintetik itu diklaim lebih baik untuk tubuh karena mengandung 84 elemen, seperti kalsium, besi, seng, kalium, dan tembaga.
Garam alami melindungi acar dari pembusukan, sehingga disimpulkan garam juga dapat melindungi organ tubuh manusia.
Ada pula makanan yang secara alami sudah mengandung garam, seperti ikan laut, kerang, rumput laut, wortel, brokoli, bayam, daun kelor, kubis, alpukat, nanas, matoa dan sebagainya.
Namun, tidak benar bahwa dengan mengonsumsi garam tanpa yodium, maka serta merta akan memenuhi kebutuhan kalsium, besi, seng, kalium, dan tembaga.
Dokter Ahli Gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum menjelaskan bahwa mencari mineral untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh tidak dapat dipenuhi hanya dengan mengonsumsi garam.
"Jika ingin mencari mineral dan lainnya, salah besar jika cari di garam, sebab kita hanya perlu konsumsi garam dalam jumlah amat sedikit. Dan otomatis mineralnya tidak seberapa yang bisa didapat," ujar Tan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/2/2022).
Tan membenarkan bahwa garam dapur sebagian besar merupakan garam yang ditambai yodium.
"Yodium kan memang diimbuhkan. Makanya disebut garam terfortifikasi," jelasnya.
Garam beryodium dibuat untuk melengkapi asupan yodium bagi tubuh manusia, sekaligus mencegah defisiensi yodium. Yodium merupakan mineral yang sedikit ditemukan dalam makanan laut, produk susu, biji-bijian dan telur. Maka, untuk memenuhi kebutuhan mineral yang baik untuk menjaga kesehatan tiroid, yodium ditambahkan pada garam.
Narasi yang mempromosikan garam tanpa yodium ini beredar seiring dengan maraknya anjuran konsumsi garam merah muda atau garam Himalaya.
Perusahaan riset independen, Nutrition Research Australia (NRAUS) menguji 31 sampel garam merah muda yang beredar di Australia.
Hasilnya, meskipun garam merah muda mengandung nutrisi, konsumsinya tetap tidak boleh melebihi nilai referensi nutrisi pedoman di Australia dan Selandia Baru yaitu kurang dari 5 gram per hari.
Dikutip dari Daily Mail, 20 Oktober 2020, CEO NRAUS, dr. Flavia Fayet-Moore mengatakan, meskipun garam merah muda mengandung sejumlah kecil mineral tambahan daripada garam putih, jumlahnya tidak begitu berarti.
Dia lebih merekomendasikan untuk membatasi asupan garam, sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia.
Dalam narasi yang beredar, organ manusia disetarakan dengan acar. Tentu hal tersebut tidak berdasar dan tidak dapat membuktikan bahwa garam tanpa yodium lebih bermanfaat bagi tubuh.
Sama seperti garam putih, garam merah muda sebagian besar terdiri dari natrium klorida.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi garam dalam sehari yakni 2.000 mg natrium atau setara dengan 1 sendok teh garam (5 gram) bagi orang dewasa.
Kesimpulan
Narasi yang menganjurkan mengonsumsi garam tanpa yodium karena diklaim lebih sehat, merupakan hoaks.
Garam merah muda mengandung sejumlah kecil mineral tambahan daripada garam putih, tetapi jumlahnya tidak berpengaruh banyak bagi tubuh.
Garam beryodium lebih dianjurkan karena mencegah defisiensi yodium.
Terlepas dari kandungannya, tidak ada larangan untuk mengonsumsi garam tanpa yodium. Hanya ada batasan konsumsi garam yang dianjurkan, yakni 5 gram per hari untuk orang dewasa.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/20/163535282/hoaks-garam-tanpa-yodium-lebih-baik-untuk-kesehatan