KOMPAS.com - Mesir sebelumnya mengalami banjir dan kekeringan setiap tahun hingga sebuah bendungan di Kota Aswan selesai dibangun pada 1902.
Dilansir dari History.com, Kota Aswan yang dulunya bernama Syene, merupakan wilayah yang berjarak sekitar 500 mil sebelah selatan Ibu Kota Mesir, Kairo.
Bangunan ini adalah versi pertama Bendungan Aswan, yang berhasil menyalurkan air irigasi untuk mencegah kekeringan di tahun-tahun berikutnya.
Akan tetapi, bendungan belum mampu menyetop banjir Sungai Nil yang selalu dahsyat. Sekitar 50 tahun berikutnya, Presiden Mesir kedua, Gamal Abdel Nasser, ingin bendungan ditingkatkan.
Selain menghentikan luapan air Sungai Nil ke wilayah permukiman dan area pertanian, bendungan ditargetkan menjadi pembangkit tenaga listrik yang mampu mengaliri seluruh wilayah.
Kabinet Nasser berhasil mendapatkan pendanaan dari Amerika dan Inggris untuk rencana pembangunan itu, yang senilai 1 miliar dollar AS atau Rp 15 triliun dengan kurs Rp 15.000 per dollar AS.
Namun hubungan Mesir dengan Uni Soviet terkait senjata rahasia, dalam suasana perang dingin blok Barat dan Timur itu, membuat dukungan pendanaan disetop pada Juli 1956.
Langkah besar Nasser kemudian adalah nasionalisasi Terusan Suez yang merupakan jalan tol komersial yang menghubungkan benua Asia dan Afrika.
Rencana Nasser menarik retribusi jalan tol di Terusan Suez dan menjadikannya sebagai modal pembangunan Bendungan Aswan, ditolak Israel, Inggris, dan Perancis, dengan melancarkan operasi militer bersama.
Mesir tak sanggup mempertahankan Terusan Suez hingga Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memaksa tiga negara mundur. Mesir kemudian mendapatkan sumber pendapatannya yang berharga pada tahun 1957.
Tiga tahun berikutnya, dengan pendapatan yang telah terkumpul, Bendungan Aswan mulai dibangun. Pembangunan menggunakan 57 juta meter kubik tanah dan batu, hingga selesai 21 Juli 1970, atau sekitar 10 tahun kemudian.
Nasser meninggal karena serangan jantung beberapa bulan sebelum bendungan diresmikan. Untuk mengenangnya, waduk yang dihasilkan bendungan itu dinamai Danau Nasser.
Banjir dicegah dan datangnya demam keong
Danau Nasser menenggelamkan permukiman dan ladang milik 90.000 orang petani Mesir dan pengembara Nubia Sudan. Mereka juga harus merelokasi kompleks kuil kuno Abu Simbel yang dibangun pada abad ke-13 SM.
Di sisi lain lanskap lebih dari 100.000 hektare gurun berubah menjadi lahan budidaya, dan memungkinkan sekitar 800.000 hektare lainnya untuk ditanami.
Tak hanya Mesir, air Danau Nasser juga mengalir ke Sudan, dan berkontribusi besar dalam masa-masa kekeringan Afrika pada tahun 1984 hingga 1988.
Listrik 10 miliar kilowatt per tahun yang dihasilkan 12 turbin buatan Uni Soviet dan terpasang di bendungan, berhasil mendorong ekonomi Mesir meningkat drastis.
Sesuai tujuan pertama pembangunan, Bendungan Aswan berhasil menghentikan rutinitas tahunan banjir yang datang dari Sungai Nil.
Namun bendungan juga menyebabkan lanskap di delta Sungai Nil berubah. Banjir yang dulu terjadi memberikan lumpur dan kesuburan, kini telah berbeda.
Bahkan populasi ikan teri di Laut Mediterania timur berkurang, ditengarai disebabkan berkurangnya nutrisi dari Sungai Nil karena terhambat bendungan.
Jumlah ikan di Sungai Nil sendiri juga berkurang, meskipun di sisi lain Danau Nasser menerima banyak ikan dari berbagai spesies.
Kerugian yang langsung dirasakan manusia ialah menyebarnya penyakit schistosomiasis atau demam keong melalui saluran irigasi dengan air dari bendungan.
Dilansir dari laman resmi Bapennas RI, demam keong adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum yang bisa menginfeksi keong, hewan mamalia dan manusia.
Penyakit ini menyebar di wilayah tropis dan subtropis, dan berpotensi besar menyerang masyarakat dengan akses yang buruk terhadap air minum dan sanitasi. Penyakit ini dapat menimbulkan demam hingga kematian pada manusia.
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/07/21/151500682/21-juli-1970--bendungan-aswan-mesir-selesai-dibangun-cegah-banjir