Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

CEK FAKTA: Klaim Efektivitas Pfizer Turun 1 Persen dalam Seminggu

KOMPAS.com - Disinformasi dan misinformasi tentang vaksin Covid-19 buatan Pfizer kembali beredar di media sosial. Kali ini menyebut bahwa efektivitas vaksin Pfizer turun hingga 1 persen dalam sepekan.

Berikut narasinya dalam terjemahan bahasa Indonesia:

"Bagi mereka yang mengatakan akan mengikuti ilmu. Dokumen terbaru 80.000 halaman menyatakan bahwa vaksin itu tidak 95% efektif tetapi hanya 12% efektif, tetapi hanya selama seminggu kemudian turun menjadi kurang dari 1%. Pfizer tahu, pemerintah Anda tahu dan mereka mencoba menyembunyikannya selama 75 tahun https://phmpt.org/"

Narasi itu disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.

Sumber klaim

Dikutip dari Reuters, 27 Mei 2022, seorang juru bicara Pfizer menduga bahwa klaim tersebut berasal dari artikel Substack, 4 April 2022, tentang tingkat kemanjuran vaksin Covid-19 sebesar 12 persen, bukan 95 persen yang dilaporkan dalam uji klinis.

Dia menjelaskan, dalam melakukan uji klinis itu, para ilmuan menghitung kemanjuran vaksin menggunakan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dala uji coba.

Namun, dalam artikel tersebut, efikasi vaksin dihitung dengan menggunakan jumlah kasus khusus yang diberi istilah “suspected but unconfirmed”.

Hal itu karena situasi saat itu, kasus suspek jauh lebih tinggi daripada kasus yang dikonfirmasi, ini menghasilkan penghitungan tingkat kemanjuran yang lebih rendah yakni 12 persen.

Ketika seseorang menunjukkan gejala, seperti demam, batuk, sesak napas, menggigil, nyeri otot, sakit tenggorokan, kehilangan kemampuan indra perasa/bau, diare, dan muntah, maka harus diuji dengan tes PCR untuk menegakkan diagnosis sebagai kasus konfirmasi positif Covid-19.

Faktanya, gejala Covid-19, tumpang tindih dengan penyakit lain, seperti flu musiman atau flu biasa, sehingga akan lebih akurat untuk menggunakan kasus terkonfirmasi untuk menghitung kemanjuran sebuah vaksin.

Uji coba 2020

Dilansir dari USA Today, 9 Juni 2022, pembacaan persentase yang keliru itu merupakan salah tafsir dari data uji klinis Pfizer pada 2020.

Uji coba fase tiga dalam pengarahan tersebut melibatkan hampir 38.000 peserta yang dipisahkan menjadi dua kelompok: setengahnya menerima dua dosis vaksin Pfizer dan setengahnya lagi menerima plasebo.

Dari kelompok ini, 3.410 orang, 1.594 di kelompok vaksin dan 1.816 di kelompok plasebo suspek Covid-19 tetapi belum dikonfirmasi, yang artinya peserta memiliki gejala setelah menerima suntikan, tetapi tidak memiliki tes PCR positif.

Tingkat kemanjuran vaksin, hanya dihitung dari responden yang dites positif virus di kedua kelompok, hasilnya 95 persen.

Dalam uji coba, vaksin menunjukkan kemanjuran 95 persen dalam mencegah Covid-19 pada mereka yang tidak memiliki infeksi sebelumnya, setidaknya tujuh hari setelah dosis kedua.

Itu artinya, persentase orang yang menerima vaksin memiliki risiko 95 persen lebih rendah terkena Covid-19 dibandingkan mereka yang belum divaksin.

Namun, artikel Substack mengklaim bahwa tingkat kemanjuran vaksin yang sebenarnya seharusnya 12 persen, berdasarkan perhitungannya pada peserta dalam kelompok yang dicurigai tetapi belum dikonfirmasi.

Klaim keliru ini pun disebarkan dan menjadi fenomena pseudosains di media sosial.

Tanggapan ilmuwan

Dokter spesialis penyakit menular di Universitas Johns Hopkins, Amesh Adalja menjelaskan bahwa pada studi yang lebih terbaru, para ilmuwan di berbagai negara telah membuktikan efektivitas dan kemnajuran vaksin.

Studi pada 2021, efikasi vaksin Pfizer terhadap Covid-19 adalah 91,3 persen untuk usia 12 tahun ke atas.

Studi lainnya menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Pfizer mencapai 90 persen untuk mencegah Covid-19 pada usia 5-11 tahun.

Sementara itu, tidak ada data yang membuktikan bahwa efektivitas vaksin Pfizer dapat turun hingga 1 persen dalam satu pekan.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/07/01/184600382/cek-fakta-klaim-efektivitas-pfizer-turun-1-persen-dalam-seminggu

Terkini Lainnya

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Korban Serangan Israel di Gaza pada 2014 Dibagikan dengan Konteks Keliru

[KLARIFIKASI] Foto Korban Serangan Israel di Gaza pada 2014 Dibagikan dengan Konteks Keliru

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

INFOGRAFIK: Muncul Hoaks Warga Rafah Bikin Video Rekayasa Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Tidak Benar Gaji ke-13 PNS Akan Dihentikan

INFOGRAFIK: Tidak Benar Gaji ke-13 PNS Akan Dihentikan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seorang Ibu di AS Disuntik Mati karena Telantarkan Anaknya

[HOAKS] Seorang Ibu di AS Disuntik Mati karena Telantarkan Anaknya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Helikopter yang Ditumpangi Presiden Iran Terbakar

[HOAKS] Foto Helikopter yang Ditumpangi Presiden Iran Terbakar

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan Diskualifikasi Timnas Israel di Olimpiade Paris

[KLARIFIKASI] Belum Ada Keputusan Diskualifikasi Timnas Israel di Olimpiade Paris

Hoaks atau Fakta
Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Dituding Tiru Suara Scarlet Johansson, OpenAI Hapus Fitur Suara dari ChatGPT

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

[KLARIFIKASI] Video Lama Presiden Iran Naik Helikopter Dinarasikan Keliru

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

[HOAKS] Badan Intelijen Iran Gerebek Kedubes India di Teheran

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke