Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksin Covid-19 dan ASI Tak Ada Kaitannya dengan Hepatitis Akut, Simak Faktanya

KOMPAS.com - Sebuah jurnal yang membahas mengenai kejadian autoimun hepatitis pada orang yang divaksin Covid-19, menjadi rujukan untuk membenarkan klaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan hepatitis akut.

Para peneliti Jerman menerbitkan jurnal hepatologi yang pada 21 April 2022 berjudul "Sars-CoV-2 vaccination can elicit a CD8 T-cell dominant hepatitis".

Mereka meneliti seorang laki-laki berusia 52 tahun, dengan gejala hepatitis akut bimodal, yang terjadi 2-3 minggu setelah vaksinasi mRNA BNT162b2 (Pfizer) dan berusaha mengidentifikasi korelasi imun yang mendasarinya.

Beredar klaim yang menyebut vaksin Covid-19 menyebabkan hepatitis akut atau Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology, dengan menyertakan tangkapan layar judul jurnal tersebut.

Narasi yang beredar juga menggiring bahwa ASI dari ibu yang sudah divaksin Covid-19 menjadi penyebab kasus hepatitis akut pada anak.

Lantas, benarkah klaim tersebut?

Penjelasan tentang jurnal

Kompas.com menghubungi dokter spesialis patologi klinik sekaligus juru bicara satuan tugas Covid-19 Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr Tonang Dwi Ardyanto, SpPK(K), PhD untuk menjelaskan mengenai jurnal tersebut.

Dia membantah klaim yang mengaitkan hepatitis akut dengan vaksin Covid-19 yang berbasiskan jurnal tersebut.

"Laporan jurnal itu tidak membahas hepatitis baru yang sedang menjadi berita. Laporan jurnal itu membahas tentang suatu kondisi hepatitis yang dikaitkan dengan autoimun hepatitis setelah pemberian vaksinasi," kata Tonang, Senin (9/5/2022).

Jurnal tersebut membahasa mengenai kasus seorang laki-laki berusia 52 tahun, dengan gejala hepatitis akut bimodal, yang terjadi 2-3 minggu setelah vaksinasi mRNA BNT162b2 (Pfizer) dan berusaha mengidentifikasi korelasi imun yang mendasarinya.

"Ada beberapa kemungkinan penyebab hepatitis. Pertama karena virus. Kedua karena konsumsi alkohol. Ketiga karena zat-zat toksik. Keempat karena autoimun," ucap Tonang.

Kasus autoimun hepatitis dalam jurnal, berbeda dengan kasus hepatitis akut pada anak yang ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dilaporkan ada 228 kasus hepatitis akut misterius dari 20 negara. Sejauh ini, kasus hepatitis akut atau Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology belum ditemukan pada orang dewasa. Berdasarkan catatan WHO, kasus ini dialami oleh anak usia 1 bulan hingga 16 tahun.

Hepatitis akut pada anak diduga kuat akibat virus, tetapi berbeda dari virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E.

"Yang sedang jadi ramai itu diduga kuat karena virus. Sedangkan yang dalam laporan yang fotonya terlampir itu diduga karena autoimun," ujar dia.


Autoimun setelah vaksin jarang terjadi

Kasus seperti yang terjadi pada jurnal, tidak dapat menjadi acuan yang menyimpulkan bahwa vaksin Covid-19 berbahaya.

Tonang mencatat, perlu ditelusuri riwayat autoimun pada pasien yang diteliti pada jurnal tersebut.

Dilaporkan sejak 2020, para peneliti menemukan adanya kemipiran antara susunan protein pada bagian S (Spike) dari virus covid dengan suatu susunan protein pada orang-orang tertentu. Ini sering disebut Molecular Mimicry.

Akibat danya susunan protein mirip, seseorang bisa mengalami autoimun pada kasus tertentu. Kendati demikian, Tonang menyatakan, kejadian ini sangat jarang. Pada umumnya, orang tidak memiliki kemiripan protein tersebut.

Ketika terinfeksi Covid-19, maka tubuh membentuk antibodi, khususnya antibodi terhadap bagian S, yang lazim disebut antibodi S-RBD.

"Karena dalam tubuh orang-orang tertentu itu ada protein yang mirip bagian S-nya virus Covid, maka antibodi S-RBD itu bereaksi terhadap protein orang itu sendiri," terang Tonang.

Inilah yang mengakibatkan autoimun pada orang tertentu.

Maka, apabila ditemukan kasus seperti pada jurnal tersebut, maka yang paling penting untuk dipertimbangkan, yakni riwayat autoimun pasien dan keluarganya.

Skrining riwayat penyakit autoimun ini berlaku tidak hanya untuk vaksin Covid-19 tetapi juga vaksin lainnya.

Contoh penyakit autoimun, yakni lupus atau SLE, rheumatik, psoriasis, sclereosis, atau diabetes mellitus tipe 1 yang terjadi sejak lahir atau sejak masa anak-anak.

Sel T pada vaksin Covid-19

Vaksinasi memang salah satu tujuannya yakni membentuk sel T yang spesifik untuk virus Covid-19.

Tonang mengibaratkan, sel T sebagai tentara untuk sistem imun yang bertugas mengenali, menangkap, dan menghancurkan "musuh" yang masuk ke dalam tubuh.

Menurutnya, wajar jika tubuh bereaksi setelah vaksinasi. Termasuk hati atau liver karena organ ini berfungsi mendeteksi masuknya zat asing.

"Liver akan merespon, angka-angka lab untuk liver bisa meningkat. Contohnya SGOT dan SGPT," ucap Tonang.

Tonang mengatakan, selama peningkatannya ringan, maka kondisi tersebut masih wajar. Biasanya hal ini diikuti sedikit demam yang segera pulih. Namun, bila demam signifikan, tidak segera pulih, maka jika dites lab, bisa saja parameter liver akan meningkat lebih signifikan.

"Jadi jangan gegabah segera tes setelah divaksinasi, kemudian meyakini sudah terkena hepatitis," tutur Tonang.


Tonang menyimpulkan, bahwa jurnal ini bukan menujukkan bahwa vaksin Covid-19 berbahaya. Sebaliknya, mencoba menunjukkan pentingnya skrining dan antisipasi terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).

"Vaksin itu banyak gunanya. Jauh lebih banyak daripada risikonya. Dalam jurnal yang disebut-sebut sebagai bukti efek vaksin terhadap hepatitis itu pun ada dinyatakan demikian," lanjut dia.

Apa kaitan ASI dari ibu yang divaksin Covid-19 dengan hepatitis akut?

Terkait klaim bahwa vaksin dapat diturunkan melalui ASI hingga menyebabkan anak terjangkit hepatitis akut juga keliru.

Tonang menjelaskan, dalam ASI yang sudah divaksinasi Covid-19, yang terutama ditransfer adalah antibodinya. Ada sedikit sel-sel T memori yang ikut terbawa, tetapi proporsinya kecil.

"Mau pada anak-anak atau dewasa, kejadian auto-imunitas itu tergantung orang per orangnya. Tergantung apakah ada bawaan kemiripan proteinnya tadi. Jadi bukan soal lewat ASI atau tidak. Kembali kepada tubuh anak itu sendiri," kata Tonang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Juru Bicara Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah.

"Sampai saat ini vaksin Vovid tidak diturunkan melalui ASI," kata Nadia, Senin (9/5/2022).

Sebelumnya, melalui konferensi pers perkembangan kasus hepatitis akut di Indonesia di kanal YouTube Kemenkes, Kamis (5/5/2022), lead scientist untuk kasus hepatitis akut di Indonesia, Prof dr Hanifah Oswari, Sp A(K) menegaskan bahwa kasus ini tidak ada hubungannya dengan vaksin Covid-19.

Diketahui bahwa pada ketiga kasus ini, anak berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, anak usia 8 mendapatkan vaksinasi Covid-19 satu kali serta vaksin hepatitis lengkap, sementara anak usia 11 tahun telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan hepatitis lengkap.

Namun tidak ada bukti yang menguatkan bahwa kasus hepatitis yang mereka alami disebabkan oleh vaksin Covid-19 atau vaksin lainnya.

“Kejadian ini dihubung-hubungkan dengan vaksin Covid, itu tidak benar, karena kejadian hepatitis akut saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksin Covid-19,” ucap Hanifah.

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/05/10/102038782/vaksin-covid-19-dan-asi-tak-ada-kaitannya-dengan-hepatitis-akut-simak

Terkini Lainnya

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Kenaikan Tarif Listrik, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Toni Kroos dan Cerita Sepatu Istimewanya...

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru Terkait Video Helikopter Medevac AS

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Penerapan Denda Rp 500 Juta pada Pengobatan Alternatif

[HOAKS] Penerapan Denda Rp 500 Juta pada Pengobatan Alternatif

Hoaks atau Fakta
Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Fakta-fakta Terkait Insiden Turbulensi Pesawat Singapore Airlines

Data dan Fakta
[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

[KLARIFIKASI] Konteks Keliru soal Video Ronaldo Sapa Suporter Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

[HOAKS] Video Detik-detik Helikopter Presiden Iran Jatuh

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

[HOAKS] Rekaman Suara Sri Mulyani Marahi Pegawai Bea Cukai

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

[KLARIFIKASI] Video Turbulensi Pesawat ALK, Bukan Singapore Airlines

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

[HOAKS] Foto Donald Trump Pakai Helm dan Seragam Militer

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke