Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengenal "Kidult", Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Kompas.com - 17/05/2024, 10:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Karissa Veren dan Niken Widi Astuti*

FENOMENA kidult menjadi perbincangan hangat di masyarakat terutama di media sosial. Bahkan, boyband Korea bernama "Seventeen" merilis lagu berjudul ‘Kidult’ dalam album mini ketujuh mereka, yaitu ‘Heng:garæ’.

Kidult merupakan fenomena yang menggambarkan orang-orang dewasa muda (berusia dua puluhan hingga tiga puluhan) yang mendambakan kenyamanan dalam produk dan pengalaman indrawi yang mengingatkan mereka pada waktu lebih bahagia dan polos di masa kecil.

Istilah kidult, yang pertama kali diperkenalkan oleh Jim Ward Nichols, berasal dari kata kid berarti anak-anak dan adult berarti dewasa.

Tiga kriteria yang mendefinisikan kedewasaan adalah menerima tanggung jawab untuk diri sendiri, membuat keputusan mandiri, dan mandiri secara finansial (Arnett, 2006).

Namun, kidult memandang kedewasaan sebagai serangkaian tanggung jawab yang berlebihan dan berada di luar zona nyaman mereka.

Meski fenomena kidult mulai viral akhir-akhir ini, sebenarnya kidult telah ada sejak tahun 1960-an dan ditandai dengan besarnya presentase orang dewasa muda memutuskan untuk menetap bersama orangtua.

Pada 1970 di Amerika Serikat, tercatat sebanyak 11 persen yang kemudian meningkat hingga 20 persen di tahun 2005.

Hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan tradisi di Amerika Serikat, di mana seorang anak yang memasuki jenjang perkuliahan dituntut untuk mandiri dengan tidak tinggal bersama orangtuanya lagi.

Tidak hanya itu, mereka juga secara sengaja menunda pernikahan ataupun tidak memiliki rencana untuk menikah.

Beberapa dewasa muda memilih untuk tetap melajang (Papalia & Martorell, 2021) agar tetap berada di zona nyaman dan menghindari tanggung jawab yang besar.

Walaupun tidak berpengaruh pada kecerdasan, fenomena ini memberikan dampak yang kurang baik.

Seorang kidult akan menghindari tanggung jawab yang membuatnya menjadi pribadi yang tidak kompeten dalam berinteraksi (Dvornyk, 2016).

Sifat kekanakan dan egois dapat muncul dalam diri seorang kidult. Mereka hanya akan berfokus pada pemenuhan psikologis terhadap ego sendiri tanpa mempertimbangkan hal lain.

Selain itu, kidult dapat menyebabkan recentering seseorang terhambat, di mana orang tersebut tidak berada pada fase yang seharusnya. Recentering adalah proses pendewasaan seseorang, dari remaja ke dewasa (Papalia & Martorell, 2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com