Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ruang Angkasa Gelap, meski Lebih Dekat dengan Matahari?

Kompas.com - 17/03/2024, 17:30 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ruang angkasa atau antariksa kerap menarik minat banyak orang, karena pemandangan dan beragam teka-teki yang masih belum terpecahkan.

Tak heran, astronot menjadi salah satu cita-cita yang sering diimpikan oleh anak-anak.

Salah satu hal menarik terkait ruang angkasa yang mengundang tanya adalah pemandangan hitam dan gelap.

Hal ini tampak dari beragam foto-foto ruang angkasa yang memiliki latar belakang hitam gelap.

Padahal, ruang angkasa semestinya lebih dekat dari Matahari dibandingkan dengan Bumi.

Lantas, mengapa ruang angkasa tampak gelap?

Baca juga: Kalimat Terakhir Kosmonot Uni Soviet Sebelum Jatuh dari Ruang Angkasa

Tak ada atmosfer

Dikutip dari Astronomy Magazine, tidak adanya atmosfer menjadi alasan di balik gelapnya ruang angkasa.

Pasalnya, atmosfer planet menyebabkan cahaya terang tersebar. Begitu cahaya mengenai dan memantulkan suatu objek, atmosfer akan memberikan hamburan dalam spektrum yang terlihat oleh mata manusia.

Pada siang hari, atom, molekul, dan debu atmosfer berinteraksi dengan foton, yang menyebabkan cahaya berhamburan ke berbagai tempat yang berada di waktu terang.

Namun, ketika berada di planet atau satelit yang memiliki atmosfer atau sangat tipis, kita akan melihat langit berwarna hitam, baik pada siang maupun malam hari.

Di Bumi, atmosfer lebih sering menyebarkan cahaya biru, sehingga langit siang hari tampak biru.

Apabila melihat foto yang diambil oleh pesawat antariksa Apollo di Bulan, kita akan melihat bahwa langit di sana berwarna hitam, meskipun sinar Matahari yang cerah berada di permukaannya.

Baca juga: NASA Kembali Terima Sinyal Laser Pesawat Ruang Angkasa, Kali Ini dari Jarak 32 Juta Kilometer

Paradoks Fotometrik Olbers

Para ilmuwan telah lama mempertanyakan mengapa cahaya dari banyak bintang tidak dapat menerangi alam semesta.

Namun, pertanyaan ini dapat dijawab dengan sesuatu yang disebut sebagai Paradoks Fotometrik Olbers.

Dikutip dari Live Science, Paradoks Olbers dapat dijelaskan dengan teori perluasan ruang waktu.

Teori tersebut berpendapat bahwa alam semesta mengembang lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Padahal, cahaya dari galaksi jauh meregang dan berubah menjadi berbagai jenis gelombang, seperti gelombang inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio.

Komponen cahaya yang terdiri dari berbagai gelombang itu semuanya tidak dapat dideteksi oleh mata manusia.

Karena mata tidak dapat mendeteksi berbagai gelombang tersebut, manusia di Bumi akan melihat bahwa ruang angkasa akan tampak gelap.

Baca juga: 3 Teori Terbentuknya Kehidupan Awal di Bumi, Berasal dari Luar Angkasa atau dari Lautan Dalam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com