Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Kelas Menengah di Tanah Air: Serba Terimpit, Wajib Bayar Pajak, tapi Minim Bantuan

Kompas.com - 07/03/2024, 05:45 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bayang-bayang kelompok berstatus "paling nelangsa" di Tanah Air menghantui warga kelas menengah.

Dengan status tidak miskin dan sulit kaya, kelas menengah di Indonesia acapkali terlupakan oleh pembuat kebijakan.

Perbincangan kelas "tanggung" ini pun menjadi topik hangat di antara pengguna X (Twitter) yang menuangkan kekecewaannya.

Tak sedikit di antara warganet yang membandingkan keuntungan tiga kelompok ekonomi, yakni miskin, menengah, dan kaya.

Akun @catuaries, misalnya, menilai bahwa masyarakat miskin yang tak membayar pajak penghasilan, sering kali mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Baca juga: Perusahaan Tak Daftarkan Pekerja ke BPJS Ketenagakerjaan, Ini Sanksi dan Cara Lapornya!

Sementara kelas atas yang dipenuhi orang-orang kaya, dianugerahi akses menuju berbagai skema pengampunan pajak sekaligus subsidi dalam bentuk keringanan tarif karena menanam modal.

Namun, nasib berbeda dirasakan oleh warga kelas menengah.

"Menengah: mau ga mau bayar pajak karena cuma single source of income, pajak yg dibayar secara percentage of income bisa jadi lebih tinggi daripada yg kaya, ga dapat subsidi, serba apa-apa pakai duit sendiri, udah gitu beberapa nyimpen duitnya buat ngutangin pemerintah lewat invest di SBN ritel," tulis unggahan.


Baca juga: Perusahaan Telat Bayar Gaji Pekerja, Kemenaker Ingatkan Denda dan Bunga!

Kelas menengah serba terimpit

Anggapan kelas menengah yang kerap menjadi "korban" juga diamini oleh Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara.

"Memang kelas menengah ini kan yang pertama dia tidak mendapatkan bantuan sosial karena dianggap mampu," ujarnya, saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (6/3/2024).

Bhima melanjutkan, mayoritas kelompok kelas menengah juga minim menikmati berbagai subsidi, termasuk gas minyak cair (elpiji), bahan bakar minyak (BBM), serta listrik.

Di satu sisi, kelompok ini sebagian bekerja sebagai karyawan yang mau tidak mau akan langsung membayar pajak karena gajinya otomatis dipotong oleh perusahaan.

"Kelas menengah juga tidak memiliki kecanggihan seperti orang-orang kaya untuk melakukan penghindaran pajak, itu benar," tuturnya.

Bhima mencontohkan, orang kaya di Indonesia bisa menjadi pemegang saham dan memiliki aset di luar negeri.

Baca juga: 2,1 Juta Warga Miskin Kecanduan Judi Online, Ratusan Triliun Rupiah Mengalir ke Negara Tetangga

Hal itu terbukti dari banyaknya orang kaya yang terlibat dalam pengampunan pajak atau lebih dikenal sebagai tax amnesty.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com