KOMPAS.com - Setelah debat keempat pilpres 2024 pada Minggu (22/1/2024), sejumlah warganet menyebut istilah secondhand embarrassment.
Istilah tersebut disinggung warganet terkait gestur cawapres nomor 2 Gibran saat celingukan seolah sedang mencari-cari jawaban mengenai pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan ke capres Mahfud MD.
Gibran yang ngomong, saya yang malu ????
— Aulia Rahmani (@aulley) January 21, 2024
Respect sama Pak Mahfud, tetap fokus ke esensi debat. Kelihatan banget nih Gibran jaman sekolah gak pernah ikut debat apa gimanaaa
Buset cringe abis si gibran, gua yang nonton aja malu
— andi (@andihiyat) January 21, 2024
Sejumlah akun di media sosial X (dulunya Twitter) mengunggah istilah tersebut setelah melihat penampilan Gibran.
"Gibran is giving actually, giving peak secondhand embarrassment," cuit akun @qw*****n di X.
"On the secondhand embarrassment setelah nonton debat kali ini," tulis pengguna lain @pu***S***.
"Trying so hard to be savage in the end become truly secondhand embarrassment," ucap @po*****se*****.
Lantas, apa sebenarnya pengertian dari secondhand embarrassment?
Baca juga: Gestur Gibran Saat Debat Pilpres 2024 Disorot Media Asing, Ini Katanya
Dikutip dari Cleveland Clinic, seconhand embarrassment atau rasa malu yang tidak langsung adalah ketika seseorang merasa malu, tidak nyaman, atau bersalah setiap kali melihat orang lain mengalami pengalaman yang sangat memalukan.
Psikolog Kesehatan Klinis Marielle Collins mencontohkan secondhand embarrassment seperti ketika seseorang melihat orang lain tiba-tiba terjatuh karena matanya melihat ponsel atau hal lain.
Meskipun hal itu dialami oleh orang lain, emosi malu dari orang tersebut juga dapat dirasakan oleh orang-orang yang menyaksikannya terjatuh.
"Meskipun Anda tidak ikut membuat orang tersebut tersandung dan tidak ikut terjatuh, Anda masih bisa merasakan emosi yang mungkin mereka rasakan," ucap Collins.
Yang debat Gibran, yang malu gue (dan kita semua) yang nonton #DebatCawapres
— akun avkor (@ardibhironx) January 21, 2024
Secondhand embarrassment dapat terjadi karena kekuatan otak manusia yang secara aktif dapat menyadari bagaimana persepsi kita saat melihat dunia sekitar.
Bagian otak manusia memiliki fungsi untuk dapat mengatur emosi, merespons rasa sakit, dan memungkinkan tubuh untuk kembali pulih.
Hal inilah yang disebut dengan konsep empati.
"Otak kita terhubung untuk dapat mensimulasikan pengalaman emosional orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan," jelas Collins.