Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susul Jepang dan Korea Selatan, China Juga Alami Krisis Populasi

Kompas.com - 19/01/2024, 15:15 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah populasi di China menyusut selama dua tahun berturut-turut, seperti yang dilaporkan Badan Statistik Nasional China pada Rabu (17/1/2024).

Biro Statistik Nasional China menerbitkan laporan tahunan terbaru mengenai data populasi yang dikumpulkan dari 31 wilayah, termasuk provinsi, daerah otonom, dan kota.

Laporan tersebut tidak memasukkan data penduduk asing, atau wilayah administratif khusus seperti Hong Kong dan Makau.

Data tersebut juga tidak mencakup data mengenai Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.

Populasi China saat ini mencapai mencapai 1,409 miliar pada akhir 2023. Angka ini turun sebanyak 2,08 juta dibandingkan 2022, dilansir dari The Guardian, Rabu (17/1/2024).

Angka ini bahkan lebih besar dibandingkan dengan penurunan pada 2021-2022 sebesar 850.000.

Padahal, penurunan penduduk pada 2021-2022 merupakan penurunan tajam pertama selama 60 tahun terakhir.

Selain itu, angka kelahiran tersebut merupakan angka terendah yang pernah tercatat, yaitu sebesar 6,39 kelahiran per 1.000 penduduk pada 2022.

Secara nasional, terdapat 9,02 juta kelahiran dan 11,1 juta kematian yang dilaporkan pada 2023.

Pada 2023, China sudah dua tahun berturut-turut mencatatkan angka kelahiran di bawah 10 juta jiwa per tahun.

Angka-angka baru ini merupakan peringatan keras bagi Presiden China, Xi Jinping agar menghindari kemungkinan bom waktu demografis di masa yang akan datang.

Baca juga: Untuk Pertama Kali, Populasi Jepang Menurun di Seluruh Prefektur, Jumlah Warga Asing Meningkat

 

Baca juga: Hong Kong Krisis Populasi, Warga Adopsi Kucing daripada Punya Bayi

Penyebab krisis populasi di China

Meskipun pemerintah sudah menerapkan berbagai kebijakan, ada berbagai faktor yang menyebabkan China mengalami krisis populasi, dikutip dari dari Newsweek, Rabu (17/1/2024).

Seorang ahli demografi di Universitas Nankai di Kota Tianjin, China mengungkapkan, krisis populasi di China disebabkan karena:

  • Berkurangnya jumlah perempuan usia subur
  • Kurangnya minat dalam mengasuh anak
  • Tertundanya pernikahan
  • Pandemi COVID-19 selama tiga tahun.

Selain itu, ahli demografi Universitas Wisconsin-Madison Amerika Serikat (AS), Fuxian Yi menyatakan, penurunan populasi ini sudah diperkirakan oleh Biro Sensus AS.

Biro Sensus AS pernah memperkirakan jika China berusaha menstabilkan angka kelahiran di angka 1,0, populasinya akan turun menjadi di bawah 400 juta pada 2100.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com