Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bibit Siklon 99S Terbentuk di Selatan Indonesia, Ini Wilayah yang Terdampak

Kompas.com - 17/01/2024, 09:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi Bibit Siklon Tropis 99S di Australia bagian utara pada Selasa (16/1/2024).

Bibit Siklon 99S terpantau pada 16,7 derajat Lintang Selatan (LS) dan 131,8 derajat Bujur Timur (BT) dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistem mencapai 15-20 knot atau 28-37 kilometer per jam.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, potensi bibit siklon ini untuk menjadi siklon cenderung kecil.

Kendati demikian, kehadiran Bibit Siklon 99S dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Tanah Air.

"Dalam periode 48-72 jam ke depan sistem Bibit Siklon 99S bergerak lambat ke arah timur-tenggara dengan potensi meningkat menjadi sistem siklon cenderung kecil peluangnya," ujar Guswanto dalam keterangannya, Selasa.

Lantas, bagaimana dampak Bibit Siklon Tropis 99S terhadap cuaca di Indonesia?

Baca juga: Siklon Tropis Anggrek Muncul di Wilayah Indonesia, Apa Dampaknya?


Dampak Bibit Siklon Tropis 99S

Sejumlah dampak tak langsung dapat terjadi akibat kehadiran Bibit Siklon Tropis 99S. Dampak tersebut antara lain:

  • Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, dan Papua bagian selatan
  • Tinggi gelombang 1,25-2,5 meter atau moderate sea di Samudra Hindia selatan Kupang dan Pulau Rote, Laut Flores, Laut Banda bagian utara, Perairan utara Kepulauan Kei-Aru, Perairan Amamapare-Agats, hingga Perairan Yos Sudarso
  • Tinggi gelombang 2,5-4,0 meter atau rough sea di kawasan Laut Banda bagian selatan, Perairan Kepulauan Sermata hingga Tanimbar, Perairan selatan Kepulauan Kei-Aru, Laut Arafuru.

Baca juga: BMKG: 34 Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang 17-18 Januari 2024

Potensi hujan lebat di Indonesia

Selain Bibit Siklon 99S, BMKG turut mengidentifikasi adanya fenomena lain yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan.

"Madden Jullian Oscillation (MJO) yang mulai aktif di wilayah Indonesia dan disertai dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Wave," kata Guswanto.

Tak hanya itu, penguatan aliran Monsun Asia Musim Dingin pun cukup berkontribusi untuk memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di Indonesia.

Dengan demikian, selama sepekan ke depan, potensi hujan lebat masih akan melanda sejumlah wilayah.

Berdasarkan prakiraan BMKG, berikut daerah yang berpotensi diguyur hujan dengan intensitas lebat:

Periode 17-18 Januari 2024 berpotensi terjadi di sebagian:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat
  • Papua

Baca juga: BMKG Ungkap Cuaca Ekstrem Masih Akan Berlanjut hingga Februari 2024

Periode 19-22 Januari 2024, hujan lebat diperkirakan melanda sebagian:

  • Aceh
  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Kepulauan Riau
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Kepulauan Bangka Belitung
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Utara
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku Utara
  • Maluku
  • Papua Barat
  • Papua

Berkenaan dengan potensi cuaca ekstrem, BMKG mengimbau masyarakat untuk menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan terdampak.

Masyarakat juga diimbau untuk menghindari daerah rentan bencana, seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.

"Mewaspadai potensi dampak seperti banjir bandang, banjir pesisir, tanah longsor terutama di daerah yang rentan," kata Guswanto.

Pihaknya juga meminta stakeholder terkait untuk dapat terus mengintensifkan koordinasi dalam rangka antisipasi bencana hidrometeorologi akibat potensi cuaca ekstrem.

"Informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca yang lebih detail untuk potensi hujan lebat hingga level kecamatan dapat diakses lebih lengkap di aplikasi InfoBMKG," tutur Guswanto.

Baca juga: Beda Prediksi BRIN dan BMKG soal Akhir Musim Hujan 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Keputusan Wasit Shen Yinhao Disebut Tak Keliru, Ini Alasannya

Keputusan Wasit Shen Yinhao Disebut Tak Keliru, Ini Alasannya

Tren
Kronologi Kecelakaan di Km 6B Tol Jakarta-Cikampek, 2 Orang Luka-luka

Kronologi Kecelakaan di Km 6B Tol Jakarta-Cikampek, 2 Orang Luka-luka

Tren
Benarkah Infus 'Whitening' Bisa Membahayakan Ginjal? Ini Kata Dokter

Benarkah Infus "Whitening" Bisa Membahayakan Ginjal? Ini Kata Dokter

Tren
Jam Berapa Pertandingan Thomas Cup 2024 Indonesia Vs India? Simak Jadwalnya

Jam Berapa Pertandingan Thomas Cup 2024 Indonesia Vs India? Simak Jadwalnya

Tren
Ada Efek Samping Langka, Bagaimana Nasib Orang yang Sudah Disuntik Vaksin AstraZeneca?

Ada Efek Samping Langka, Bagaimana Nasib Orang yang Sudah Disuntik Vaksin AstraZeneca?

Tren
Ini Alasan Pertamina Tidak Menaikkan Harga BBM Mei 2024

Ini Alasan Pertamina Tidak Menaikkan Harga BBM Mei 2024

Tren
Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Tren
Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Tren
Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Tren
Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Tren
Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Tren
Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Tren
Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum 'Ditelan' Everest

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com