KOMPAS.com - Hujan meteor adalah salah satu dari sejumlah fenomena astronomi yang bisa diamati dari Bumi.
Biasanya, hujan meteor akan berlangsung selama beberapa hari dengan fase puncak di waktu tertentu.
Fase puncak hujan meteor tersebut akan menampilkan jumlah meteor yang lebih banyak dibandingkan waktu lainnya.
Peneliti astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Clara Yono Yatini mengatakan, meteor merupakan benda luar angkasa dari puing-puing asteroid atau komet yang tertinggal.
“Hujan meteor terjadi saat Bumi pada lintasan orbit mengelilingi Matahari bertemu dengan daerah yang banyak puing-pusing tersebut,” ujar Clara kepada Kompas.com, Rabu (3/1/2023).
Baca juga: Jangan Lewatkan, Ada 23 Fenomena Astronomi Sepanjang 2024
Kemudian, meteor tersebut akan terbakar atau menguap saat memasuki atmosfer Bumi dan tampak seperti “bintang jatuh”.
Puing-puing yang banyak itu akan menghasilkan hujan meteor jika dilihat dari permukaan Bumi.
Saat fenomena tersebut terjadi, seseorang bisa mengamatinya secara langsung tanpa memerlukan alat bantu.
Sebaiknya, seseorang mencari tempat yang tidak terhalang oleh pepohonan atau bangunan.
"Asalkan cuaca cerah tidak berawan dan pencahayaan lingkungan sekitar tidak terlalu terang," ucap dia.
Baca juga: Fenomena Hujan Meteor Quadrantid 3 Januari, Pertama Tahun Ini
Baca juga: Ramai soal Halo Bulan, Apa Itu? Berikut Penjelasannya
Baca juga: Ramai soal Bintang di Atas Bulan Sabit Disebut Muncul 100 Tahun Sekali, Ini Penjelasan BRIN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.