Oleh: Bonar Hutapea*
REFLEKSI akhir tahun lalu dilanjutkan dengan menulis resolusi Tahun Baru? Sudahkah menjadi kebiasaan kita? Mengapa tidak?
Inspirasi, aspirasi, dan motivasi yang tinggi untuk pengembangan diri dan pencapaian tujuan tentu saja sangat baik dan semestinya diwujudkan, salah satunya dengan membuat resolusi Tahun Baru.
Resolusi itu bisa bermacam-macam dan berbeda-beda bagi tiap orang tergantung pada hasil refleksi diri terutama pada akhir tahun, kebutuhan, keinginan, harapan, tuntutan, situasi dan lainnya.
Misalnya, ingin lebih banyak berolahraga, memakan makanan lebih sehat, menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga.
Hal lain, mempelajari keterampilan dan kecakapan baru, misalnya, berkomunikasi dan bertindak asertif, yakni dengan tegas menyatakan penolakan bila merasa sering direpotkan, alih-alih segan dan tidak enak hati selama ini.
Atau lebih banyak membaca buku dan menulis, mengurangi kebiasaan menunda-nunda, mengurangi penggunaan ponsel dan aktivitas di media sosial dan lain-lain.
Mengapa harus pada Tahun Baru? Meski bukan satu-satunya, Tahun Baru adalah waktu yang sangat tepat dan bagus untuk memulai pengembangan diri dengan membuat resolusi.
Alasan psikologis atau penjelasan psikologi tampak sangat kuat untuk itu di antaranya:
Pertama, apa yang disebut sebagai efek memulai sesuatu baru, yang segar (the fresh-start effect).
Umumnya, menjelang akhir tahun banyak orang berlibur, berkesempatan memanjakan diri, atau mendapatkan kesenangan yang lebih banyak dan lebih besar.
Karenanya, pada awal tahun ada keinginan untuk melakukan perubahan dengan menjadi ‘lebih positif’ atau ‘lebih murni’ untuk tubuh dan jiwa dengan kembali menjadi orang yang, misalnya, bekerja keras, makan lebih sehat, berpikir mendalam dan serius alih-alih berpikir dangkal, dan menikmati hiburan semata.
Kedua, Tahun Baru adalah tonggak waktu (temporal milestone) yang memaksa orang berpikir untuk memulai awal yang baru.
Minggu terakhir Desember, umumnya merupakan hari libur atau setidaknya banyak yang mengambil waktu liburan atau sementara waktu terbebas dari pekerjaan dan/atau rutinitas belajar.
Dengan demikian, memungkinkan untuk membuat perencanaan dan berpikir lebih mendalam mengenai tujuan, terutama bila ada keinginan dan niat yang kuat disebabkan pengaruh tonggak waktu tadi sangat terasa atau dihayati.