Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Hujan Meteor Geminid 14-15 Desember 2023, Apakah Bisa Terlihat di Indonesia?

Kompas.com - 13/12/2023, 17:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fase puncak hujan meteor Geminid akan terjadi pada Kamis-Jumat (14-15/12/2023).

Hujan meteor Geminid sebenarnya telah berlangsung dari 4 Desember sampai dengan 20 Desember, dikutip dari Royal Museums Greenwich.

Namun, puncak hujan meteor tersebut akan terjadi pada 14 Desember 2023 malam hingga 15 Desember 2023 pagi sebelum matahari terbit.

Lantas, bisakah peristiwa itu dilihat dari Indonesia?

Baca juga: Profesor Harvard Temukan Potongan Teknologi Alien dari Meteor di Papua Nugini, Bagaimana Bentuknya?

50 meteor per jam menghiasi langit Indonesia

Staf peneliti Observatorium Bosscha di Bandung, Jawa Barat, Agus Triono membenarkan bahwa pada 14-15 Desember 2023 akan menjadi fase puncak hujan meteor Geminid.

Ia juga memastikan bahwa fenomena ini bisa dilihat dari Indonesia.

“Pada tanggal tersebut, rasi Gemini sudah bisa dilihat jelas sekitar 20.00 WIB malam. Jadi mestinya peristiwa ini (hujan meteor Geminid) bisa dilihat sepanjang malam,” kata Agus kepada Kompas.com, Selasa (12/12/2023).

Namun, meteor hanya bisa dilihat dengan catatan cuaca sedang cerah dan langit gelap bebas polusi cahaya.

“Bisa dilihat langsung, atau dengan kamera digital jika ingin direkam,” ungkapnya.

Nantinya, Agus menyebutkan bahwa akan ada sekitar 50 meteor per jam yang terlihat saat puncak hujan meteor Geminid itu.

Bahkan, jika kondisi cuaca dan langit mendukung, akan terlihat sebanyak 120 meteor per jam.

Hujan meteor Geminid adalah peristiwa tahunan, setiap Desember ada. Jadi sama spesialnya dengan hujan meteor yang lain-lain,” katanya.

Baca juga: Jantung Bumi Berdetak Setiap 27 Juta Tahun Sekali dan Picu Kepunahan Massal, Kapan Berdetak Lagi?

Proses terjadinya hujan meteor Geminid

Agus menuturkan, hujan meteor terjadi ketika Bumi melintasi daerah sisa-sisa dari komet atau asteroid pada jalur orbitnya.

“Beda dengan hujan meteor lain yang biasanya dari ekor komet, Geminid ini disebabkan oleh debu sisa-sisa asteroid 3200 Phaethon,” ucapnya.

Sisa-sisa asteroid tersebut kemudian akan terbakar saat memasuki atmosfer Bumi dan menghasilkan seperti “bintang jatuh”.

Saat itulah, debu sisa-sisa asteroid 3200 Phaethon menghasilkan hujan meteor jika dilihat dari permukaan Bumi.

Meski demikian, ia memastikan hujan meteor ini tidak berdampak apa pun terhadap Bumi.

“Tidak ada dampaknya (bagi Bumi),” ujarnya.

Baca juga: Pluto Belum Pernah Selesai Memutari Matahari, Butuh 155 Tahun Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com