Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Etnomatematika Aborigin

Kompas.com - 09/11/2023, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KARENA de facto peradaban matematika masih hadir sampai masa kini di masyarakat pribumi benua Australia yang disebut sebagai Aborigin, maka di dalam naskah sederhana ini, saya menggunakan istilah Etnomatematika.

Di masa kini, mayoritas masyarakat Aborigin bermukim di daratan benua Australia, namun beberapa lainnya juga bermukim di pulau Tasmania, Fraser, Hichinbrook, Tiwi dan Groote Eynlandt.

Yang saya kagumi pada kreatifitas bahasa matematika Aborigin adalah penggunaan bukan banyak kata, namun terbatas “hanya” dua kata untuk menghitung. Dua kata itu adalah urapon dan ukasar.

Urapon digunakan sebagai sebutan untuk angka satu, sementara ukasar digunakan sebagai sebutan untuk angka dua.

Lalu bagaimana sebutan untuk angka tiga? Ternyata masyarakat Aborigin cukup pragmatis sambil kreatif menyebut angka tiga sebagai urapon-ukasar yang pada hakikatnya secara aritmatikal sama dengan dua ditambah satu.

Sebutan aboriginal angkamologis untuk angka empat adalah ukasar-ukasar yang berarti sama dengan dua ditambah dua.

Kecerdikan logika matematikal kaum Aborigin berlanjut pada angka lima, yaitu ukasar-ukasar-urapon dan angka enam disebut ukasar-ukasar-ukasar yang relatif lebih singkat ketimbang urapon-urapon-urapon-urapon-urapon-urapon.

Untuk angka tujuh, digunakan istilah ukasar-ukasar-ukasar-urapon, selanjutnya dan seterusnya.

Mungkin saja bagi yang sudah terbiasa dengan logika peradaban matematika Yunani dan Arab, terkesan bahwa matematika Aborigin primitif, terbelakang sambil terbatas perbendaharaan angkanya.

Sebutan matematika Aborigin memang relatif merepotkan apabila digunakan terhadap angka-angka besar.

Namun setiap sistem matematika memang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang memang beda satu dengan lainnya. Misalnya, angkamologi Romawi beda dari angkamomologi Arab dan China.

Secara subyektif, saya pribadi mengagumi sistem urapon-ukasar yang menurut saya sama sekali tidak primitif, namun justru modern sebagai sistem angkamologi biner.

Menakjubkan bagi saya bagaimana masyarakat Aborigin sejak zaman dahulu kala sudah sedemikian visioner dalam pemikiran matematika sehingga sudah bukan sekadar memahami, namun bahkan secara sadar menggunakan sistem biner yang hanya terdiri dari 0 dan 1.

Kemudian digunakan sebagai sistem dasar komputer digital termasuk alat hitung dan alat tulis digital yang kini sedang saya gunakan untuk menulis naskah sederhana yang kini sedang Anda baca ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com