Oleh: Rangga Septio Wardana dan Rizky Nauvalif
KOMPAS.com - Filsafat merupakan salah satu hal yang tak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Pada dasarnya, filsafat mengandung ajaran tentang budaya, norma, dan nilai-nilai kehidupan.
Filsafat merupakan suatu pemikiran dan kajian kritis mengenai kepercayaan dan sikap. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan.
Eksistensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang memiliki pemahaman bahwa manusia memiliki kebebasan dalam melakukan tindakan dan bertanggung jawab atas tindakan tersebut.
Dwik dan Kukuh pun membicarakan fenomena ini dalam siniar Balada +62 episode “Gua Punya Duit, Gua Punya Kuasa!” dengan tautan akses bit.ly/Balada62S2E5. Namun, apa sebenarnya filsafat eksistensialisme?
Eksistensialisme adalah cabang filsafat yang mempersoalkan keberadaan manusia seutuhnya. Eksistensi manusia tersebut dapat diwujudkan melalui kebebasan.
Dalam buku Filsafat Eksistensialisme Jean-Paul Sartre karya A. Setyo Wibowo, filsafat eksistensialisme hadir melalui Jean Paul-Sartre yang dikenal dengan pernyataan “human is condemned to be free”, manusia dikutuk untuk bebas.
Jean Paul-Sartre memandang bahwa manusia tak dapat terbelenggu dalam sesuatu yang membuatnya dapat kehilangan hakikat hidupnya sebagai manusia.
Baca juga: Mengapa Penting Belajar Filsafat?
Aliran filsafat ini dibagi menjadi dua, yaitu teitis dan ateitis. Teitis beranggapan bahwa manusia dapat memiliki kebebasan atas dasar pengaruh dari kehendak Tuhan. Sedangkan Ateitis beranggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dalam bereksistensi, tetapi terlepas dari kehendak tuhan.
Jean Paul-Sartre adalah seorang filsuf kontemporer dan penulis asal Prancis. Ia dianggap sebagai orang yang mengembangkan pemikiran dalam eksistensialisme dengan menekankan pada kebebasan manusia dengan mengatakan kebenaran itu bersifat relatif.
Sartre menganggap manusia menciptakan kebebasan untuk mengatur dan menentukan dirinya. Pasalnya, semua manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan sesuatu yang menurutnya benar.
Nietzsche dikenal sebagai seorang filsuf, ahli filologi, kritikus budaya, penyair, dan komposer asal Jerman.
Nietzsche merupakan tokoh utama dari filsafat eksistensialisme modern aliran ateitis. Hal ini didasari dari perannya dalam membicarakan keberpihakan kepada manusia.
Eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih melalui kebebasan. Menurutnya eksistensi bukan sesuatu yang diam, tetapi manusia akan bergerak menuju kemungkinan. Kierkegaard menekankan manusia harus memiliki keberanian untuk mewujudkan segala kemungkinan.
Karl memiliki pemikiran bahwa manusia memiliki kebebasan, tetapi pada akhirnya manusia juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud adalah penderitaan, perjuangan, kesalahan, dan kematian.