Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Filsafat Bukan Filsafat dari Francois Laruelle

Kompas.com - 01/11/2022, 07:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH menempuh perjalanan cukup panjang akhirnya masyarakat pemerhati filsafat Indonesia sepakat menetapkan 19 September sebagai Hari Filsafat Indonesia.

Namun lain padang lain belalang, lain Indonesia lain Prancis. Pada masa nyaris bersamaan, di Prancis malah ada seorang pemikir meragukan bahwa apa yang disebut filsafat itu an sich memang ada. Francois Laruelle menghebohkan semesta filsafat dengan sebuah gagasan radikal yang disebutnya sendiri sebagai non-philosophy.

Baca juga: Meyakini Ada Filsafat Indonesia

Karya pemikiran Francois Laruelle terbagi menjadi lima periode. Periode Philosophy 1 (1971-1981) berupaya mengembangkan pemikiran Nietzsche, Heidegger, Delezue, Derrida di mana Lareulle sudah mulai terasa melakukan pendekatan transendental terhadap filsafat.

Periode Philosophy II (1981-1995) Lareulle makin transendentalis.  Pada periode Philosophy III (1995-2002) Laruelle mulai menggagas filsafat bukan filsafat sebagai pemikiran dirinya sendiri yang makin berkembang.

Pada periode Philosophy IV (2002-2008) kemudian dipermantap pada periode Philosophy V sejak 2002 sampai sekarang di mana Laurelle memimpin gerakan filsafat bukan filsafat yang mengglobal melalui Organisation Non-Philosophique Internationale.

Sementara ini Laruelle meyakini bahwa segenap bentuk filsafat mulai dari ancient philosophy sampai ke analytic philosophy sampai ke dekonstruksi dan seterusnya pada hakikatnya sekedar terstruktur pada sebuah kesepakatan terdahulu. Namun segenap bentuk filsafat tetap constitutively blind terhadap kesepakatan yang dianggap Laurelle secara dialektikal mengacaubalaukan alam pemikiran demi menangkap makna dunia secara filsafatiah.

Menurut Laurelle, the decisional structure of philosophy can only be grasped non-philosophically. Dalam pemaknaan tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat bukan filsafat justru heterologikal merupakan filsafat yang sejatinya.

Pemikiran (non)etikal Laurelle pada hakikatnya radikalisasi de-antroposentrisasi yang secara mendasar diarahkan ke upaya universalized, auto-effective set dari kondisi-kondisi generik.

Pada awal dasawarsa pertama abad 21, pemikir Skotlandia, Ray Brasseire mendeskripsikan Francois Laurel sebagai "the most important unknown philosopher working in Europe today" sementara Gilles Deleuze dan Felix Guattari menyatakan pemikiran Laurelle "engaged in one of the most interesting undertakings of contemporary philosophy."

Kini buku-buku filsafat bukan filsafat karya Laurelle telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan oleh Polity Books, Edinburgh University Press, Continuum, Palgrave Macmillan, Columbia University Press, Urbanomic/Sequence.

Sudah barang tentu ulasan tentang gagasan Francois Laruelle di dalam naskah sederhana ini sekedar merupakan tafsir subyektif saya sebagai insan awam filsafat yang tentu saja dangkal sambil rabun sehingga rawan keliru.

Masyarakat pemerhati filsafat Indonesia yang tidak menguasai bahasa Prancis tetapi ingin menyelisik apa sebenarnya filsafat bukan filsafat, silakan menyimak buku-buku pemikiran Francois Laurelle seperti misalnya kumpulan esai yang terhimpun di dalam buku “The Non-Philosophy Project”.

Baca juga: 11 Tokoh Filsafat Yunani Kuno

Buku itu  sayangnya merupakan alih-bahasa dari Prancis ke Inggris sehingga di sana sini terasa kabur inti makna sejatinya. Akibat setiap bahasa memiliki sukma makna masing-masing yang tidak bisa begitu saja dialih-bahasakan ke bahasa lain. Namun tidak ada rotan, lidi pun jadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com