BELANDA mematahkan perlawanan masyarakat Indonesia yang sebelum 17 Agustus 1945 masih disebut Nusantara dengan sengaja menyebut kawasan yang mereka jajah sebagai Hindia-Belanda demi memantapkan kesan Hindia-Belanda memang jajahan Belanda.
Kearifan leluhur Nusantara dianggap tidak layak disebut filsafat, sementara kearifan leluhur Mesir, Yunani, Jerman, Perancis, Spanyol, Arab, China, India, dan tentu saja kearifan leluhur Belanda sendiri dianggap sangat layak disebut sebagai filsafat.
Pendek kata, kaum penjajah meyakini bahwa otak bangsa Nusantara terlalu tumpul maka dungu untuk mampu berfilsafat!
Tatkala saya mulai berkeyakinan bahwa Filsafat Indonesia ada maka wajarlah bahwa berbagai pihak yang mewarisi semangat kolonialisme mencemooh saya sebagai seekor katak dalam tempurung takabur merindukan rembulan.
Bahkan saya dituduh mengada-ada sebab nekat mengada-adakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Tekanan penghinaan terhadap kebudayaan bangsa saya sendiri membuat saya makin bersemangat dalam meyakini Filsafat Indonesia ada.
Cukup banyak fakta data yang membenarkan keyakinan saya bahwa Filsafat Indonesia ada, misalnya de facto begitu banyak tokoh pemikir Indonesia seperti Panji Sosrokartono, Ki Hajar Dewantara, Bung Hatta, Cak Nur, Gus Dur, Driyarkara, Frans Magnis Suseno, Hamka, Emil Salim, Karlina Supeli, Saras Dewi, Tommy Auwy, Rocky Gerung, Setyo Wibowo, Simon Lily Tjahjadi, Budi Hardiman, Gunawan Muhammad, Nasir Tamara, Azyumardi Azra, Iwan Pranoto, Yudi Latif, Lukas Luwarso, Martin Surjajaya, Sandyawan Sumardi dll nama yang belum sempat saya sebut di naskah ini sangat layak disebut sebagai para filosof.
Keberadaan filsafat Indonesia juga dibuktikan oleh makna adiluhur terkandung di dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Dewa Ruci, Wayang Purwa, Mundinglaya, Lutung Kasarung, Anglingdarma, La Galigo, Mapalus, Haboranon Do Bona dan lain sebagainya termasuk Sebelas Kearifan Kepemimpinan TNI.
Melalui naskah sederhana ini saya ajak Anda semua yang masih meragukan keberadaan Filsafat Indonesia untuk mencoba menghayati keluhuran makna yang terkandung di dalam Sebelas Kearifan Kepimpimpinan TNI sebagai berikut:
Kedalaman serta keluasan makna kearifan leluhur bangsa Indonesia yang tersirat dan tersurat di dalam Sebelas Kearifan Kepemimpinan TNI meyakinkan saya bahwa memang ada filsafat Indonesia.
Namun sudah barang tentu adalah kurang beradab apabila saya memaksakan keyakinan saya kepada mereka yang tidak ingin memiliki keyakinan sama dengan keyakinan saya.
Silakan mereka yang tidak yakin Filsafat Indonesia ada tetap bertahan pada keyakinan mereka bahwa tidak ada itu yang namanya Filsafat Indonesia.
Namun mohon dimaafkan bahwa sebagai warga Indonesia yang bangga terhadap kebudayaan bangsa saya sendiri, saya tetap ndableg bertekad rawe-rawe rantas malang-malang putung gigih bertahan pada keyakinan saya bahwa Filsafat Indonesia ada! MERDEKA!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.