Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan DNA Tertua Ungkap Kehidupan di Greenland 2 Juta Tahun Lalu

Kompas.com - 26/07/2023, 12:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fragmen DNA tertua yang pernah ditemukan di lapisan es di Greenland utara memungkinkan para ilmuwan untuk mengungkap seperti apa kehidupan 2 juta tahun lalu di tempat tersebut.

Dilansir dari AP News, saat ini Greenland merupakan gurun Arktik yang tandus. Tetapi, pada masa lalu, tempat tersebut merupakan lanskap pepohonan dan vegetasi yang rimbun dengan beragam hewan, bahkan mastodon yang kini telah punah.

Sebelum penemuan tersebut, DNA paling kuno yang pernah diurutkan adalah milik seekor mamut Siberia berusia 1,2 juta tahun. 

Baca juga: Fenomena Langka, Hujan Deras di Greenland, Apa Dampaknya bagi Manusia?

DNA yang ditemukan di Greenland mungkin bertahan lama

Para peneliti menjelaskan, DNA lingkungan yang ditemukan dari Greenland mungkin bertahan begitu lama dengan mengikat mineral dalam tanah liat.

Materi genetik tersebut ditemukan di Formasi Kap København, yang terletak di bagian utara Greenland. Tempat ini digambarkan oleh para peneliti sebagai "gurun kutub".

Namun, selama masa Pliosen akhir dan Pleistosen awal, wilayah itu mengalami suhu antara 11 dan 19 derajat celsius (51,8 dan 66,2 derajat Fahrenheit) lebih tinggi daripada suhu saat ini.

Dikutip dari IFL Science, penulis studi menjelaskan, Kap København dulunya adalah ekosistem hutan boreal terbuka dengan vegetasi campuran pohon poplar, birch, dan thuja, serta berbagai semak dan tumbuhan Arktik dan boreal.

DNA tersebut juga menunjukkan jejak sejumlah hewan, termasuk angsa, kelinci, rusa kutub, dan lemming.

Baca juga: Ramai soal Gadis 8 Tahun di Perbatasan AS Memiliki 67 DNA Berbeda

Sebelumnya, kumbang kotoran dan beberapa sisa-sisa kelinci menjadi satu-satunya tanda kehidupan hewan di lokasi tersebut.

"Catatan DNA tersebut mengonfirmasi keberadaan DNA kelinci dan mitokondria dari hewan-hewan termasuk mastodon, rusa kutub, hewan pengerat, dan angsa, yang semuanya merupakan nenek moyang dari kerabat mereka di zaman sekarang dan Pleistosen akhir," lanjut para peneliti.

Menariknya, rusa kutub dan mastodon tidak ada dalam catatan fosil lokal, sehingga deteksi DNA mereka mengisi beberapa kesenjangan dalam pengetahuan kita tentang ekosistem Arktik pada masa purba ini.

Selain itu, DNA mastodon di Kap København juga berbeda dengan DNA mastodon Pleistosen lainnya yang menunjukkan bahwa proboscidean Greenland mungkin merupakan spesies yang lebih tua dan tidak dikenal.

Baca juga: 8 Miliar Ton Es di Greenland Mencair Per Hari akibat Gelombang Panas

Greenland utara dulunya hangat

Sementara itu, keberadaan kepiting tapal kuda dan DNA ganggang hijau menunjukkan perairan di sekitar Greenland utara jauh lebih hangat daripada saat ini.

Selain itu, tempat tersebut juga dapat menjadi rumah bagi organisme yang tidak lagi dapat hidup sejauh ini di utara.

Meskipun tim peneliti tidak dapat secara pasti menentukan usia materi genetik, namun mineral yang ditemukan di lapisan sedimen yang sama mengandung sinyal yang mencerminkan perubahan medan magnet Bumi.

Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa DNA lingkungan tersebut berusia setidaknya 2 juta tahun.

"Sampel DNA purba ditemukan terkubur jauh di dalam sedimen yang telah terbentuk selama 20.000 tahun," jelas penulis studi Kurt Kjær dalam sebuah pernyataan.

"Sedimen tersebut akhirnya diawetkan di dalam es atau lapisan es dan, yang terpenting, tidak diganggu oleh manusia selama 2 juta tahun," tambahnya.

Setelah mengetahui rahasia yang terkandung dalam DNA ini, para peneliti akhirnya berhasil menghidupkan kembali ekosistem kuno Kap København.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com