KOMPAS.com - Kunang-kunang adalah serangga terbang yang memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam.
Dilansir dari laman USA Today, Jumat (2/6/2023), serangga pemancar cahaya ini dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali Antartika.
Khusus di Amerika Serikat (AS), kunang-kunang lebih menyukai negara bagian dengan cuaca hangat dan lembap.
Namun, hewan yang kerap disebut unik lantaran bagian tubuh belakang berfungsi seperti lampu ini kini mulai jarang terlihat.
Beberapa spesies di antara lebih dari 2.000 jenis serangga bernama ilmiah Lampyridae ini bahkan masuk dalam daftar hewan terancam punah.
Misalnya, menurut catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN), sejumlah 11 persen dari 128 spesies terancam punah, dan 2 persen hampir terancam.
Baca juga: Mengapa Kunang-kunang Saat Ini Sulit Ditemukan?
Kunang-kunang sebenarnya masih berada di lingkungan sekitar, tetapi hampir tidak terdeteksi oleh mata manusia.
Sementara itu, beberapa spesies saat ini tengah berstatus sangat terancam punah (critically endangered), hampir punah (endangered), dan rentan (vulnerable).
Masih dari USA Today, berikut spesies kunang-kunang dengan status sangat terancam punah:
Sementara itu, kunang-kunang yang saat ini masuk dalam daftar hewan hampir punah, antara lain:
Adapun kunang-kunang yang masuk spesies rentan, termasuk:
Baca juga: Mengapa Tubuh Kunang-kunang Bisa Menyala? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
Kunang-kunang menghasilkan reaksi kimia bernama bioluminescence di dalam tubuh yang memungkinkannya menyala.
Dengan menggabungkan zat kimia luciferin, enzim luciferase, dan oksigen, serangga ini berhasil menciptakan cahaya hampir tanpa panas.
Para ilmuwan percaya bahwa kunang-kunang di masa lampau menggunakan cahayanya untuk menangkal pemangsa.
Akan tetapi, saat ini mereka menggunakan kedipan lampu pada bagian belakang tubuh untuk mencari pasangan.