KOMPAS.com - Opor ayam menjadi makanan khas yang identik dengan hari raya Idul Fitri.
Di Hari Kemenangan, umat Islam asal Indonesia memiliki tradisi untuk makan opor ayam beserta ketupat.
Opor biasanya terbuat dari daging ayam yang diberi bumbu seperti bawang putih, bawang merah, kemiri dan kunyit.
Lalu, bagaimana opor bisa menjadi makanan khas Lebaran di Indonesia?
Baca juga: Mengapa Ketupat Menggunakan Janur? Ini Maknanya
Sejarawan kuliner Fadly Rahman menjelaskan, opor merupakan makanan modifikasi dari dua masakan, yaitu gulai asal Arab dan kari khas India.
"Opor masuk ke Indonesia ini memang merupakan hasil dari akulturasi atau penyatuan budaya Indonesia dengan budaya asing. Khususnya pengaruh Arab dan India," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (21/4/2023).
Lebih lanjut, dosen sejarah Universitas Padjadjaran ini menuturkan bahwa pedagang Arab dan India membawa opor itu ke Nusantara sekitar abad ke-15 dan 16 sebelum Masehi.
Saat itu, mereka membawanya ke kawasan pesisir Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa dan Selat Malaka.
Akibatnya, opor ayam mudah ditemukan di wilayah berbudaya Melayu dan Jawa yang pertama kali menerima pengaruh Arab dan India.
Baca juga: Cara Mudah Memasak Daging Opor Lebaran yang Empuk
"Opor berkembang pesat di Jawa, mempertimbangkan selera orang Jawa yang tidak banyak menggunakan rempah-rempah yang pekat," lanjut penulis Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia tersebut.
Opor Lebaran memiliki dua warna kuah yang berbeda, kuah berwarna kuning dan putih. Kuah yang berwarna kuning berasal dari kunyit yang dipengaruhi budaya India.
Sementara kuah putih berasal dari perbaduan kuliner Tionghoa dan Jawa dengan jumlah santan lebih banyak.
Tidak hanya bagi umat Islam di Indonesia, opor juga identik dalam perayaan Cap Go Meh.
Bedanya, opor Lebaran menggunakan ketupat, sementara Cap Go Meh dirayakan dengan hidangan opor dengan lontong.
Baca juga: Opor Ayam Tidak Boleh Dipanaskan Berulang Kali, Ini Alasannya...