KOMPAS.com - Batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 menyita perhatian besar dari publik.
Pasalnya, berbagai persiapan telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir hingga menghabiskan dana ratusan miliar rupiah.
Pencabutan status tuan rumah Piala Dunia U20 Indonesia oleh FIFA ini dilakukan setelah adanya penolakan dari beberapa pihak terkait keikutsertaan Israel.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menjadi salah satu pihak yang vokal menolak kehadiran Israel ini.
Baca juga: Ancaman Sanksi FIFA dan Kegagalan Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20...
Kendati demikian, PDI-P menyayangkan keputusan FIFA yang mencabut status tuan rumah Indonesia.
Dalam hal ini, PDI-P menyalahkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang tidak mampu melobi FIFA secara maksimal.
"Kami menyayangkan pembatalan event besar tersebut. Lobi-lobi PSSI terasa lemah atau tumpul," kata politisi senior PDI-P Hendrawan Supratikno, dikutip dari Kompas.com (30/3/2023).
Baca juga: Antiklimaks Euforia Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia...
Ia mengkelaim, pihaknya telah menyuarakan keberatannya sejak Agustus 2022 terkait kehadiran Israel di Piala Dunia U20.
Saat itu, Hermawan mengeklaim telah mengusulkan bahwa pertandingan khusus Israel digelar di luar negeri.
"Padahal sudah lama, sejak Agustus 2022, kami mengingatkan konsekuensi keikutsertaan Israel," jelas dia.
"Dari awal kami mengusulkan untuk pertandingan yang diikuti Israel dilakukan di LN, negara tetangga, karena kita dalam posisi sebagai Ketua ASEAN," sambungnya.
Baca juga: Kata Media Asing soal Pencoretan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Sementara itu, Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster kompak mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan ini.
Koster berharap, keputusan ini diharapkan menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk bisa membangun sepak bola sebagai bagian dari supremasi bangsa.
Ia pun meminta agar warga berdoa agar Israel dicorat dari kepesertaan Piala Dunia U20.