Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Persemaian Mentawir IKN, Modern tetapi Konvensional

Kompas.com - 27/02/2023, 07:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERTAMA kali dalam sejarah Republik ini sebuah persemaian tanaman kehutanan dibangun secara megah dan luas untuk menyediakan bibit, khususnya membangun kota hutan (forest city) Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang digadang-gadang sebagai ibu kota negara yang sangat ramah lingkungan karena 70 persen diharapkan menjadi daerah hijau.

Persemaian Mentawir di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur mempunyai luas 22 hektar, yang teridiri dari sarana persemaian 22 hektar dan prasarana air baku 6 hektar dengan kapasitas produksi bibit 15 juta batang/tahun.

Dalam keterangan persnya di lokasi persemaian Mentawir pada Kamis (23/2/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan, Mentawir yang dibangun dua tahun lalu (2021) disiapkan untuk mendukung penghijauan, reboisasi, dan penghutanan kembali tidak hanya untuk daerah IKN Nusantara tetapi juga seluruh kawasan Kalimantan.

Baca juga: Jokowi Sebut Persemaian Mentawir di IKN Produksi 20 Juta Bibit Per Tahun

Presiden bahkan berani menyebut persemaian itu mampu memproduksi bibit tanaman kehutanan sebanyaknya 20 juta batang/tahun yang berisi jenis bibit endemik Kalimantan, terutama dari kelompok Dipterocarpaceae. Bibit yang dimaksud adalah dari jenis meranti, kapur/kamper, blangeran, sungkai, dan beberapa jenis buah-buhan.

Kawasan IKN nantinya akan diisi dengan jenis-jenis tanaman kehutanan yang polikultur dari hasil persemaian Mentawir tersebut.

Megah tetapi Konvensional

Sayangnya, meskipun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) persemaian itu diklaim megah, luas dan modern, ternyata masih bersifat konvensional. Kekurangan dan belum idealnya persemaian modern yang dibangun di Mentawir, jelas tergambar dari pernyataan guru besar Fakultas Kehutanan UGM, Muhammad Naim- dari mulai ketersediaan air yang kontinyu bagi sebuah persemaian modern, ukuran polybag yang terlalu kecil, sampai kualitas bibit yang dihasilkan.

Dalam pembuatan persemaian tanaman hutan apalagi persemaian modern yang menggunakan input teknologi, produksi bibit berkualitas mutlak diperlukan. Dengan bibit yang berkualitas, tanaman sudah dapat dianggap mempunyai harapan hidup 40 persen, sisanya yang 60 persen adalah persiapan lahan tanam, waktu tanam, pemupukan, pemeliharaan dan pengawalan sampai bibit pohon menjadi pohon dewasa.

Paling cepat bibit tanaman jika berhasil menjadi pohon dewasa membutuhkan waktu paling sedikit 15 tahun dengan melalui tahapan sebagai anakan (seedling), sapihan (sapling), tiang (pole) dan baru menjadi pohon dewasa (trees).

Dalam konsep menanam pohon dalam suatu areal seperti kawasan IKN Nusantara, pemilihan jenis dan jumlah pohon yang ditanam tergantung dari karakteristik pohon itu sendiri, agroklimat dan fungsi kawasannya. Tidak semua bibit pohon dapat serta merta ditanam di tempat terbuka.

Untuk tanaman pohon yang mempunyai karakteristik intoleran (membutuhkan cahaya yang terbatas) dalam pertumbuhannya, seperti jenis meranti, membutuhkan nauangan (pengaturan cahaya dalam pertumbuhannya). Sebaliknya untuk jenis bibit pohon yang toleran (membutuhkan cahaya penuh), sangat cocok untuk ditanam di tempat terbuka seperti jenis pionir pinus, misalnya, atau beberapa jenis pohon yang masuk dalam katagori cepat tumbuh (fast growing species).

Dari penelusuran data tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson, kawasan IKN mempunyai tipe A sampai B, yang berarti bulan hujan masuk katagori basah, agak basah sampai sedang. Dengan demikian menurut agroklimat, pemilihan jenis tanaman pohonnya dapat diarahkan kepada jenis-jenis yang berdaun lebar yang mampu menyerap air untuk berinfilitrasi ke dalam tanah secara penuh.

Sebuah penelitian mengatakan, hutan dengan pohon berdaun jarum mampu membuat 60 persen air hujan terserap tanah. Sedangkan, hutan dengan pohon berdaun lebar mampu membuat 80 persen air hujan terserap tanah.

Makin rapat pohon yang ada dan makin berlapis-lapis strata tajuknya makin tinggi pula air hujan yang terserap ke dalam tanah, bahkan hampir 100 persen air hujan terserap tanah.

Baca juga: Tutupan Lahan Hijau di IKN Masih 42 Persen, Persemaian Mentawir Dibangun

Karena itu, dalam penyediaan bibit dengan jumlah yang cukup banyak dengan karakteristik jenis yang berbeda-beda seperti di Mentawir diperlukan adanya persemaian modern yang tidak saja untuk menghasilkan bibit yang berkualitas tinggi tetapi juga bibit dalam jumlah yang massal.

Salah satu ciri khas persemaian modern adalah bibit yang dihasilkan dari biji tidak menggunakan media tanah dan polybag (kantong plastik) tetapi dengan media khusus (seperti serabut kelapa, ampas tebu, dan sejenisnya) yang dicampur dengan hara tanaman yang berdosis tinggi yang dimasukkan dalam tabung-tabung plastik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com