Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Selamatkan Bunga Senduro (Edelweiss)

Kompas.com - 22/02/2023, 09:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATU di antara sekian banyak lagu pada film legendaris laris manis The Sound Of Music adalah "Edelweiss" yang dinyanyikan oleh keluarga Von Trap di hadapan para petinggi Nazi Jerman tatkala menduduki kota kelahiran Wolfgang Amadeus Mozart, Salzburg, Austria.

Saya mengagumi melodi lagu "Edelweiss" karena kesederhanaan setara indah dengan lagu "Stille Nacht, Heilige Nacht" yang perdana dinyanyikan di sebuah kapela di desa Oberndorf, juga di dekat Salzburg. Maka semula saya menduga bahwa "Edelweiss" adalah lagu rakyat Austria.

Ternyata saya keliru. Pencipta melodi "Edelweiss" adalah Richard Rodgers pada tahun 1959, khusus untuk mahakarya musikal The Sound of Music. Berkat lagu "Edelweiss" karya Richard Rodgers itulah maka bunga edelweiss tersohor ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Kenapa Edelweis Tidak Boleh Dipetik? Ini 10 Fakta Menarik Si Bunga Abadi

Di kawasan pegunungan Indonesia, juga tumbuh edelweiss yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bunga senduro dan dalam bahasa Latin disebut sebagai Anaphalis javanica.

Bunga senduro merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat makanan.

Bunga-bunganya, yang biasanya muncul pada bulan April hingga Agustus, sangat disukai oleh serangga. Lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat gemar menghinggapi bunga senduro.

Bunga senduro sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekadar kenang-kenangan oleh para pendaki gunung.

Baca juga: 7 Lokasi Padang Bunga Edelweis di Indonesia, Bunga Abadi yang Dilarang untuk Dipetik

Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan terancam punah.

Sungguh disayangkan bahwa kecerobohan manusia telah mengancam kelestarian bunga senduro, terutama yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebenarnya edelweiss dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya.

Karena itu potongan-potongan tersebut dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan kerusakan terhadap populasi alami bunga senduro.

Di masa kini lokasi terbaik untuk melihat bunga senduro adalah antara lain di kawasan Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com