Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Konser NCT 127, Keramaian Massa, dan Perlunya Regulasi Berbasis Digital

Kompas.com - 05/11/2022, 14:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PINGSANNYA puluhan orang saat nonton NCT 127 di ICE BSD membuat konser Boyband asal Korea Selatan itu dihentikan atas rekomendasi pihak Kepolisian (Kompas.com, 4/11/2022)

Tindakan sigap dan persuasif Kepolisian yang ditindaklanjuti Promotor pertunjukan ini, tentu meninggalkan kekecewaan pada penonton, tetapi di sisi yang lain telah menyelamatkan mereka dari "tragedi" fatal.

Kerumunan massa

Beruntunnya tragedi, yang menyebabkan korban dalam keramaian dan membludaknya massa adalah hal yang tidak bisa dianggap biasa.

Sikap dan karakter massa harus dikaji dan diteliti lebih lanjut. Apalagi jika dikaitkan dengan fenomena euforia publik setelah begitu lama "terkekang" social distancing karena pandemi.

Faktor euforia ini memicu kebahagiaan ekstrem pada situasi tertentu yang bisa melebihi kewajaran.

Hal ini bisa disebabkan suasana hati, dan kebahagiaan yang tidak mencerminkan empiris keadaan yang sesungguhnya, setelah sekian lama terbelenggu social distancing.

Pandemi covid 19 telah memaksa dan menutup rapat pertemuan luring apalagi keramaian dalam jumlah massa yang besar.

Saat aturan dan kebijakan itu dilongggarkan, dan massa bebas berkerumun, apalagi bisa menyaksikan artis favorit atau kesebelasan kebanggaan, maka hiruk-pikuk dan euforia luar biasa itu terjadi.

Antisipasi

Berbasis pengalaman di Kanjuruhan, di Itaewon, di Senayan, dan terakhir ICE BSD, masyarakat perlu diberi pengertian tentang dampak "kebebasan” setelah social distancing itu.

Bahwa keramaian dan luapan massa penonton saat ini memang "beda rasa" dengan sebelum pandemi. Spirit euforia sangat terasa dan memengaruhi prilaku di tempat pertunjukan atau stadion.

Siapapun, sudah saatnya lebih antisipatif dan mengukur diri. Tidak perlu memaksa berdesakan atau merangsek ke sudut-sudut lokasi yang sudah penuh sesak apalagi tak terkendali.

Membiasakan diri tertib, dan menjaga diri sendiri dari kemungkinan terjatuh, pingsan, dan terinjak di tengah masa yang tak terkendali, adalah langkah preventif pertama yang harus dilakukan.

Dengan kata lain tidak perlu memaksakan diri, jika bisa diprediksi risikonya akan fatal.

Jumlah massa sesuai kapasitas juga tidak menjamin keamanan jika perilaku saling dorong, emosi tak terkendali, dan berebut mendekat ke sang idola tetap terjadi. Selain antisipasi seting ruangan oleh penyelenggara, sikap penonton juga sangat menentukan.

Kuncinya, jadilah penonton yang tertib, santun, dan disiplin, karena dengan cara itu kita bisa menikmati pertunjukan atau pertandingan apapun dengan nyaman dan berkualitas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com