Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Memetik Hikmah Pidato Kebudayaan Mochtar Lubis

Kompas.com - 20/07/2022, 09:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MANUSIA Indonesia” adalah pidato kebudayaan yang disampaikan Mochtar Lubis pada tahun 1977 di Taman Ismail Marzuki. Orasi legendaris tersebut menjelaskan enam sifat manusia Indonesia menurut pandangan Mochtar Lubis.

Keenam sifat tersebut adalah:

  1. Munafik.
  2. Enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya.
  3. Bersifat dan berperilaku feodal.
  4. Percaya takhayul.
  5. Artistik atau berbakat seni.
  6. Lemah watak atau karakternya.

Meski enam sifat manusia Indonesia versi Mochtar Lubis terkesan cenderung negatif ketimbang positif tetapi sebagai penulis serta pemikir terkemuka Indonesia, Mochtar Lubis sepenuhnya berhak asasi untuk memberikan pandangan pribadinya terhadap sifat manusia Indonesia.

Baca juga: Menjadi Manusia Indonesia yang Merdeka

Bisa saja pandangan Mochtar Lubis dinilai terlalu menggeneralisasi sebab jelas ada manusia Indonesia seperti Bung Hatta yang sama sekali tidak layak dinilai sebagai munafik, enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatannya, bersifat dan berperilaku feodal, percaya takhayul, apalagi lemah watak atau karakternya. Beberapa sahabat saya seperti Gus Dur, Megawati, SBY, Jokowi, Prof Emil, Cak Nur, Prof Mahfud, Prof Azyuwardi Azra, Prof Siti Musdah Mulia, Prof Meutia Hatta, DR Sri Mulyani, DR Rizal Ramli, Sandyawan Sumardi, Farid Gaban, DR Idwan Suhadi, Kwik Kian Gie dan masih sangat banyak lain-lainnya lagi juga tidak bersifat seburuk yang diungkap oleh Mochtar Lubis.

Khusus mengenai pendapat Mochtar Lubis bahwa manusia Indonesia munafik, terus terang saya terjebak dalam perangkap paradoks logika, mirip paradoks Zeno tentang orang Kreta yang bilang bahwa orang Kreta adalah pendusta. Andaikata Mochtar Lubis sendiri bukan manusia Indonesia maka sepenuhnya saya setuju beliau menganggap manusia Indonesia memang munafik.

Namun kenyataan tak terbantahkan bahwa Mochtar Lubis sendiri adalah manusia Indonesia maka masalah menjadi problematis akibat daya logika dangkal di dalam otak dangkal saya langsung bertabrakan frontal melawan daya logika dangkal di dalam otak dangkal saya sendiri.

Logika dangkal saya langsung berperangai seperti perilaku seekor anjing yang sibuk mengejar ekornya sendiri. Atau lebih parah lagi malah serupa tapi sama dengan kartun seekor ular menelan ekornya sendiri di mana akhirnya baik sang ular mau pun sang ekor menguap lenyap ke dimensi entah ke berapa pada multiverse.

Mochtar Lubis, wartawan perang IndonesiaWikipedia Commons Mochtar Lubis, wartawan perang Indonesia
Jika saya percaya pada pernyataan Mochtar Lubis bahwa manusia Indonesia munafik berarti saya juga harus percaya bahwa pernyataan Mochtar Lubis yang de facto manusia Indonesia adalah munafik. Jika Mochtar Lubis munafik berarti pernyataan dirinya bahwa manusia Indonesia munafik tidak layak dipercaya, padahal Mochtar Lubis adalah seorang tokoh manusia Indonesia yang sangat layak dipercaya. Namun bagaimana saya bisa percaya kepada pernyataan seseorang yang tergolong manusia Indonesia yang menurut pendapat dirinya sendiri adalah munafik.

Baca juga: Menuju kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang Unggul

Ketimbang otak saya yang cuma secuil ini akhirnya malah habis akibat lenyap digrogoti logika diri saya sendiri maka saya memilih untuk mengambil hikmah dari pidato kebudayaan legendaris Mochtar Lubis tentang manusia Indonesia. Hikmah itu berupa ikhtiar kesadaran memanfaatkan pidato kebudayaan Mochtar Lubis sebagai pedoman agar saya harus melakukan Jihad Al Nafs alias berjuang menaklukkan hawa nafsu diri sendiri agar jangan menjadi manusia munafik, tidak enggan dan segan bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, tidak bersifat dan berperilaku feodal, apalagi lemah watak atau karakternya.

Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com