Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr Kurniasih Mufidayati
Anggota DPR-RI

Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anggota DPR RI dan dosen.

Perempuan dan Keluarga, Fragmen Penting Idul Adha dan Ibadah Haji

Kompas.com - 09/07/2022, 15:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

UMAT Islam memperingati Idul Adha sebagai bagian syiar hari besar umat Islam. Ada dua ritual besar yang terjadi sebagai bagian ibadah yang tidak lepas dari sejarah. Pertama umat Islam menunaikan rukun Islam kelima, ibadah haji di Mekkah. Kedua, umat Islam di berbagai belahan dunia lainnya menunaikan ibadah kurban dengan menyembelih hewan kurban dan dibagikan kepada siapa saja tanpa memandang suku dan agama.

Dalam dua peristiwa besar itu ada laku sejarah di dalamnya. Peristiwa kurban adalah perintah kepada Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Peristiwa kurban ini diabadaikan dalam Al Quran surah As-Saffat ayat 99 hingga 111. Dalam fragmen tersebut, Ismail dikisahkan sebagai sosok yang amat sabar.

Baca juga: Sejarah Ibadah Haji

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'” (QS As-Saffat: 102).

Menjadikan anak sebagai sosok yang amat sabar dalam peristiwa yang butuh pengorbanan tentu tidaklah mudah. Peran keluarga amat dominan dalam membentuk karakter Ismail. Dia memiliki support system keluarga yang kuat. Keteguhan dan kesabaran Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar bisa ditilik dalam hasil didikan mereka kepada Ismail.

Fragmen ayah, perempuan dan keluarga dalam Idul Adha

Saat Idul Adha, fragmen yang paling sering diceritakan adalah tentang relasi ayah dan anak, yaitu kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Yang patut dicatat di sini bukan hanya hikmah kesabaran dan taat dalam perintah agama tapi juga relasi yang kuat antara ayah dan anak. Ayah menjadi sosok penting dalam pengasuhan. Keteladanan yang didapatkan anggota keluarga hadir dari sosok Ayah.

Dalam setiap persoalan, ada dialog yang dipaparkan sang Ayah. Nabi Ibrahim AS ingin mengajak anggota keluarga terlibat dalam keputusan keluarga. Nabi Ibrahim AS menanyakan apa pendapat Nabi Ismail AS meski sudah mengetahui bahwa itu adalah perintah dan ketetapan Allah SWT. Inilah relasi yang kuat, demokratis, yang dibangun dalam keluarga.

Fragmen lain yang juga kerap terlupakan adalah peran Siti Hajar sebagai sosok ibu dan perempuan. Peran Siti Hajar amat penting dalam dua peristiwa sekaligus, kurban dan ibadah haji. Menjadikan Ismail sebagai anak yang amat sabar dalam usia belia pastilah besar peran seorang ibu. Ibu yang membimbing, ibu yang mendidik, ibu yang memiliki hubungan terkuat dengan anak. Kata-katanya akan menjadi panduan sang anak.

Naluri anak akan semakin terasah dengan bimbingan seorang ibu. Inilah peran pertama Siti Hajar.

Peran kedua adalah sifat sabarnya saat perintah kurban turun. Anak yang dinanti-nantikan Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk dikurbankan. Ibu mana yang akan sanggup menghadapi ujian ini. Namun, Siti Hajar sanggup. Dia menerima keputusan Allah SWT dengan kesabaran yang paripurna, sebagaimana kesabaran Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Inilah peran kedua Siti Hajar.

Ilustrasi Idul AdhaUnsplash/Simon Infanger Ilustrasi Idul Adha
Jejak perempuan dalam ibadah haji dan umrah

Siti Hajar adalah perempuan yang menyejarah. Jejak amaliahnya telah abadi sebagai sebuah praktik keagamaan haji dan umrah yang telah dilakukan beradab-abad dan akan terus dilakukan. Selain kesabaran paripurna dalam kurban, Siti Hajar sebagai sosok perempuan membuktikan kesabarannya yang luar biasa.

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di Mekkah, tanah tandus yang saat itu tidak bertuan. Ibrahim meninggalkan mereka sendirian dan tanpa keterangan apapun.

Hajar bertanya,"Wahai Ibrahim, akankah engkau meninggalkan kami di sini tanpa bekal cukup dan orang yang menemani?”

Ibrahim AS tak menoleh. Siti Hajar kembali bertanya. Namun tak ada jawaban apapun dari sang suami.

Lantas dia bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan ini padamu?”

“Ya” jawab Ibrahim singkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com