Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Rumah di Jepang Tidak Naik Drastis Selama 25 Tahun, Apa Alasannya?

Kompas.com - 09/04/2022, 18:45 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam dua dekade terakhir, harga rumah di beberapa negara telah meroket. Namun di Tokyo, Jepang, harganya cenderung datar atau flat.

Dikutip dari Wall Street Journal (2/4/2019), para ahli menyampaikan bahwa alasan harga rumah di Jepang tidak naik secara signifikan karena tidak ada krisis perumahan di Jepang.

Faktor utamanya yakni kebijakan perumahan yang relatif dideregulasi, yang memungkinkan pasokan perumahan memenuhi permintaan di abad ke-21.

Baca juga: Ikut Naik Jadi 11 Persen, Begini Aturan PPN Bangun Rumah

Menilik ekonomi di Jepang tahun 1970-an

Dilansir dari The New York Times (26/7/2021), salah satu penjelasan populer untuk masalah negara adalah bahwa ekspektasi konsumen terhadap harga rendah telah menjadi begitu mengakar, sehingga pada dasarnya tidak mungkin bagi perusahaan untuk menaikkan harga.

Para ekonom Jepang menunjukkan bahwa melemahnya permintaan disebabkan karena populasi Jepang yang menua serta globalisasi dengan tenaga kerja yang murah dan berlimpah.

Kondisi ini secara efektif menjaga biaya rendah bagi konsumen di negara maju.

Pada pertengahan 1970-an, Jepang memiliki beberapa tingkat inflasi tertinggi di dunia, mendekati 25 persen. Untuk memeranginya, Jepang memilih menggunakan suku bunga.

Pada awal 1990-an, Jepang mulai mengalami masalah yang berbeda.

Gelembung ekonomi, didorong oleh pasar saham yang melonjak dan spekulasi properti yang merajalela, meledak. Harga-harga pun mulai turun.

Jepang menyerang masalah ini dengan kebijakan inovatif, termasuk menggunakan suku bunga negatif untuk mendorong pengeluaran dan menyuntikkan uang ke dalam perekonomian melalui pembelian aset skala besar.

Kebijakan ini dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif.

Baca juga: Mengintip Ibadah Ramadhan WNI di Norwegia, Jerman, Taiwan, dan Jepang

Harga rumah di Jepang sangat murah pada 2012

Pada 2012, nilai mata uang Yen mengalami pelemahan.

Harga real estat Jepang khususnya Tokyo sangat rendah dibandingkan dengan kota-kota seperti Hong Kong, Singapura, dan London, sehingga pembeli dari negara-negara kaya  memanfaatkan harga real estat Jepang yang relatif rendah tersebut.

Sejak diterapkan pada 2012, kebijakan reflasi mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang dikenal sebagai “Abenomics”, telah menopang pasar perumahan.

Akibatnya, pasar mengalami pertumbuhan harga yang moderat, mengubah real estat Jepang dari aset deflasi menjadi aset yang terus berkembang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com