KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan dengan aksi kejahatan jalanan atau dikenal klitih.
Di Yogyakarta, aksi kriminalitas ini memakan korban jiwa yakni Dafa Adzin Albasith (18) yang terluka parah di bagian muka akibat sabetan gir motor oleh pelaku.
Sementara di Semarang, tim Resmob berhasil mengamankan tiga orang pemuda dari kelompok yang melakukan penyerangan terhadap dua orang pemuda yang mengendarai sepeda motor.
"Polisi mengamankan 3 orang pemuda dengan inisial AK (17), GAP (17), MHS (17) dengan motif menyabetkan sajam ke arah pengendara sepeda motor," ujar Kasi Humas Polrestabes Semarang AKP Faisal Lisa dikutip Kompas.com, Rabu (6/4/2022).
Baca juga: Saat Polisi Sebut Anak Anggota DPRD Kebumen Tewas Bukan karena Klitih, tapi Tawuran...
Belakangan, Polda DIY menyebut bahwa aksi kejahatan yang menewaskan anak anggota DPRD Kebumen, Jawa Tengah itu bukan klitih tapi tawuran.
Lalu, apa motif pelaku yang masih remaja ini berani menggunakan senjata tajam (sajam) lalu melukai orang lain?
Menanggapi fenomena tersebut, psikolog forensik klinis, Aditya Kasandra Putranto mengatakan usia remaja adalah fase mencari jati diri. Pada tahapan ini seseorang masih labil kondisi jiwanya.
Sayangnya, fase pencarian jati diri itu diimplementasikan dengan tindakan negatif, bahkan tindakan melukai seseorang dengan menggunakan senjata tajam.
"Dalam hal ini kenakalan merupakan suatu usaha untuk memperoleh identitas meskipun dalam bentuk identitas negatif," ujar Aditya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/4/2022) malam.
Selain itu, ada faktor lain yang menyebabkan remaja memilik identitas negatif yakni remaja yang diabaikan oleh orangtuanya.
Baik dengan tidak mendapatkan perhatian, tuntunan, dan pendidikan akan berpeluang untuk melakukan tindakan kriminalitas.
Ia menambahkan, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya kejahatan jalanan atau klitih di antaranya:
Baca juga: Pakar Hukum UGM: Pelaku Klitih di Bawah Umur Bisa Dipidana