Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Digitalisasi, Solusi bagi Masalah Kesejahteraan dan SDM Indonesia

Kompas.com - 20/03/2022, 11:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara (Asean). Indonesia juga negara kepulauan terluas dan paling beragam dengan lebih dari 300 kelompok etnis.

Semenjak lepas dari krisis keuangan pada pertengahan 1990-an, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang mengesankan.

Melalui rencana pembangunan jangka menengah lima tahun yang disebut RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2005-2022, Indonesia telah membuat kemajuan besar dalam pengentasan kemiskinan, memotong tingkat kemiskinan lebih dari setengahnya sejak 1999, menjadi hanya di bawah 10 persen pada 2020. Saat ini, Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia, ekonomi terbesar ke-10 di dunia dalam hal paritas daya beli, dan anggota G-20.

Baca juga: BI: Digitalisasi Akan Mentransformasi Indonesia Jadi Negara Berpendapatan Tinggi

Masalah kesejahteraan

Namun, Indonesia masih menghadapi tantangan pembangunan yang cukup besar. Krisis global yang disebabkan pandemi Covid-19, membuat Indonesia berhadapan dengan rintangan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal tersebut membuat tujuan pembangunan menjadi makin sulit dicapai.

Buktinya, semenjak dilanda pandemi Covid-19, kondisi Indonesia beralih dari status negara berpendapatan menengah ke atas ke pendapatan menengah ke bawah pada Juli 2021. Pandemi juga membatasi pencapaian Indonesia dalam mengurangi tingkat kemiskinan, dari rekor terendah 9,2 persen pada September 2019 menjadi 10,4 persen pada Maret 2021. Data Badan Pusat Statistik (PBS) menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2021 mencapai 26,50 juta orang.

Bahkan, Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memprediksi tingkat kemiskinan Indonesia pada 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen atau setara 29,3 juta penduduk.

Hal tersebut dipicu melemahnya anggaran perlindungan sosial yang membuat semakin banyak penduduk miskin yang tidak terlindungi secara ekonomi, padahal beban krisis dan pandemi belum berakhir.

Indonesia memang mencapai keberhasilan penting dalam mengurangi tingkat stunting dari 37 persen pada tahun 2013 menjadi di bawah 28 persen pada tahun 2019. Namun, berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih cukup tinggi yaitu berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.

Masalah kesehatan

Kesehatan merupakan pilar penting dalam pengembangan ketahanan nasional. Salah satu cermin dari kualitas kesehatan suatu negara adalah Global Health Security (GHS) Index atau Indeks Ketahanan Kesehatan Global.

Laporan GHS Index 2021 yang diterbitkan Jessica A Bell dkk pada 8 Desember 2021 menyoroti kondisi enam kategori kesehatan yaitu pencegahan, deteksi dan pelaporan, kecepatan merespons, sistem kesehatan, pemenuhan terhadap standar internasional, dan risiko lingkungan khususnya berhadapan dengan pandemi Covid-19.

Jesicca A Bell dkk mengatakan banyak negara terus menderita kerugian terdampak pandemi Covid-19 akibat dari kapasitas keamanan kesehatan yang tidak memadai.

Kurangnya kapasitas ini terjadi pada saat risiko politik dan keamanan meningkat di hampir semua negara, dan investasi keuangan yang berkelanjutan yang diperlukan untuk mempertahankan kapasitas belum dapat dibuktikan. Kelemahan seperti itu membuat dunia sangat rentan terhadap keadaan darurat kesehatan di masa depan, termasuk yang berpotensi lebih menghancurkan daripada Covid-19.

Baca juga: Profesi Apa yang Tidak Dapat Tergantikan dengan Kemajuan Digitalisasi?

GHS Indeks menetapkan skor dengan skala 0 hingga 100. Semakin besar skor maka tingkat ketahanan kesehatan global makin baik

Laporan GHS Index 2021 menyebutkan secara global, Indonesia berada di peringkat 45 dari 195 negara, dengan skor 50,4. Rinciannya: indeks pencegahan 31,8; indeks deteksi dan pelaporan 99,4; indeks kecepatan merespons 50,2; indeks sistem kesehatan 41,2; indeks pemenuhan terhadap standar internasional 68,9; dan indeks risiko lingkungan 55.

Dalam konteks negara-negara G20, GHS Index 2022 Indonesia relatif masih rendah karena menempati peringkat ke-13 di antara negara G20 pada 2021 dengan skor 50,4 poin.
Dalam konteks negara-negara Asean, GHS Index Thailand adalah yang tertinggi karena menempati posisi kelima dunia, mengumpulkan 68,2 poin. Indonesia berada di posisi keempat Asean, setelah Thailand (5), Singapura (24), dan Malaysia (27) dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com