Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Estetika Geometrika Tumpeng

Kompas.com - 03/02/2022, 11:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TUMPENG merupakan satu di antara sekian banyak warisan kebudayaan adiboga Nusantara yang bukan saja mengandung estetika kulinar, namun juga geometrikal.

Bentuk tumpeng adalah kerucut konon terilhami bentuk gunung yang memang banyak ditemukan di seluruh pelosok Nusantara.

Secara geometris bentuk tumpeng adalah kerucut dengan jenis fungsinya beranekaragam, semisal tumpeng rombyong, nujuh bulan, pungkur, nasi putih, nasi kuning, nasi uduk, seremonial dan lain sebagainya, yang pada umumnya untuk upacara syukuran.

Syukur

Tumpeng memegang peran penting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya.

Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.

Dalam kenduri, syukuran atau slametan setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir.

Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut.

Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut.

Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan.

Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai tumpengan.

Di Yogyakarta, misalnya, berkembang tradisi tumpengan pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, untuk mendoakan keselamatan negara.

Arwah Gus Dur pasti tersenyum bahagia bahwa hari raya nasional Imlek di Indonesia juga dirayakan dengan menyelenggarakan tumpengan.

Geometri

Bentuk geometrik tiga dimensional tumpeng berupa kerucut apabila dipotong secara lurus melintang maka muncul bentuk bidang lingkaran sempurna pada permukaan bagian atas mau pun bagian bawah tumpeng yang terpotong.

Namun apabila pucuk tumpeng dipotong secara miring, maka simsalabim bukan sulap bukan sihir, bentuk geometris yang tampil bukan bulat tetapi elips atau oval beraturan yang juga kerap disebut bulat lonjong, bulat bujur atau bulat lonjong.

Menarik bahwa mahapemikir Yunani kuno bernama Menaechmus pada sekitar abad IV sebelum Masehi sudah menemukan bentuk elips pada irisan kerucut yang kemudian dinyatakan oleh para astronom era renaisansa sebagai bentuk gerak planet mengitari matahari.

Berarti bentuk kerucut pada tumpeng bukan hanya mengandung sukma duniawi geologis sebagai lambang gunung, namun juga astronomis geometris sebagai lambang gerak alam semesta yang tersirat sebagai jagad gede dan jagad alit di dalam kearifan Dewa Ruci.

Tidak kalah menarik apabila tumpeng dipotong secara miring dari sisi samping atas ke sisi landasan maka abrakadabra muncul bentuk bidang parabola sebagai bentuk bidang refleksi cahaya yang terpantul oleh cermin.

Juga menarik anggapan para geometrikawan/wati mau pun fisikawan/wati bahwa tidak kurang dari seorang Galileo sempat keliru menyebut bentuk geometrikal tali yang menggantung adalah parabola padahal katenari dengan ekuasi y=a cosh(x/a).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com