Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Johannes Brahms dan Anjar Any

Kompas.com - 15/01/2022, 11:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUKMA saya tergetar ketika mendengar mahakarya Johannes Brahms memusikalisasikan syair Clemens Brentano menjadi Lieder “O Kuehle Wald” sebagai berikut:

O kühler Wald,
Wo rauschest du,
In dem mein Liebchen geht?
O Widerhall,
Wo lauschest du,
Der gern mein Lied versteht?
Im Herzen tief,
Da rauscht der Wald,
In dem mein Liebchen geht,
In Schmerzen schlief
Der Widerhall,
Die Lieder sind verweht.

Anjar Any

Sukma saya tergetar ketika mendengar mahakarya Anjar Any memusikalisasikan syair Anjar Any sendiri menjadi tembang “Yen ing Tawang Ono Lintang” sebagai berikut:

Yen ing tawang ono lintang, cah ayu
Aku ngenteni tekamu
Marang mego ing angkoso, nimas
Sun takokke pawartamu
Janji-janji aku eling, cah ayu
Sumedhot rasaning ati
Lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas
Tresnaku sundhul wiyati
Dek semono, janjiku disekseni
Mego kaltiko, kairing roso tresno asih
Yen ing tawang ono lintang, cah ayu
Rungokno tangis ing ati
Binarung swaraning ratri, nimas
Ngenteni mbulan ndadari
Dek semono, janjiku disekseni
Mego kartiko, kairing roso tresno asih
Yen ing tawang ono lintang, cah manis
Rungokno tangis ing ati
Binarung swaraning ratri, nimas
Ngenteni mbulan ndadari

Estetika

Tanpa mengurangi kagum dan hormat terhadap garapan diatonis Johannes Brahms terhadap syair dalam bahasa Jerman gubahan Clemens Brentano, gejolak nurani dan sanubari saya lebih bertabur suasana sumedhot rasaning ati ketika mendengar syair dalam bahasa Jawa gubahan Anjar Any dimusikalisasilan dengan titi pancanada slendro oleh Anjar Any sendiri.

Bukan berarti daya estetikal Anjar Any lebih sakti mandraguna ketimbang Johannes Brahms atau sebaliknya.

Namun sekadar akibat secara subyektif selera estetikal pribadi saya telah terlanjur terbentuk oleh aura lingkungan kebudayaan dan peradaban Jawa ketimbang Deutsche Kultur und Zivilisation.

Sama halnya dengan lidah saya sudah terlanjur lebih tersihir kelezatan sate kambing dan nasi putih ketimbang Bratwurst und Pommes Frites.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com