KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, kasus Covid-19 dengan varian Omicron kini telah dilaporkan di 57 negara dan terus menyebar dengan cepat di Afrika Selatan.
Dalam sepekan terakhir, kasus naik berlipat ganda.
Menurut laporan WHO, Afrika Selatan melaporkan 62.021 kasus varian Omicron dalam kurun waktu 29 November-5 Desember 2021.
Artinya, angka ini naik 111 persen dari minggu sebelumnya.
Melansir DW, Rabu (8/12/2021), WHO memperingatkan bahwa tingkat rawat inap di rumah sakit akibat infeksi kemungkinan akan meningkat.
Akan tetapi, WHO menyatakan perlu lebih banyak data untuk mengevaluasi tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh varian baru tersebut.
Direktur Darurat Kesehatan WHO Michael Ryan mengatakan, sangat tidak mungkin varian Omicron bisa menghindari perlindungan vaksin sepenuhnya.
Ryan juga memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan penuh dari data awal. Otoritas kesehatan juga diminta untuk berhati-hati dalam menafsirkan data yang mereka terima sejauh ini.
Baca juga: [KLARIFIKASI] Temuan 4 Kasus Varian Omicron di Bekasi
The Guardian, Kamis (9/12/2021), memberitakan, dalam laporan terbaru epidemiolog dari WHO, varian Delta masih menjadi varian dominan, terutama di Eropa dan AS.
Oleh karena itu, masih terlalu cepat jika menyimpulkan dampak global Omicron.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Eropa memperkirakan, varian Omicron bisa menjadi varian dominan di Eropa dalam beberapa bulan.
Untuk saat ini, kata WHO, varian Delta terus mendominasi kasus.
Perlu lebih banyak data diperlukan untuk menentukan tingkat penularan dan tingkat keparahan Omicron.
“Meskipun tampaknya ada bukti bahwa varian Omicron mungkin memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian lain yang beredar, tidak diketahui apakah ini akan diterjemahkan ke dalam peningkatan penularan,” demikian laporan WHO.
Di Botswana, belum terlihat peningkatan rawat inap Covid-19 meskipun termasuk negara pertama yang mendeteksi varian Omicron.