KOMPAS.com – Mendaki gunung kini menjadi salah satu aktivitas yang digandrungi baik dari muda hingga tua.
Ada banyak alasan seseorang mendaki gunung, dari menikmati pemandangan alam, menenangkan diri, menguji kemampuan diri, maupun sekedar ikut tren.
Namun, aktivitas mendaki gunung bukanlah aktivitas yang bisa asal dilakukan. Perlu persiapan matang dan mempertimbangkan kondisi fisik dan cuaca.
Salah satu pertimbangan yang perlu dipikirkan sebelum mendaki gunung adalah terkait kondisi kesehatan.
Bagaimana jika seseorang dengan riwayat penyakit jantung mendaki gunung? Apakah diperbolehkan?
Baca juga: BPJS Kesehatan Akan Terapkan Kelas Standar Mulai 2022, seperti Apa Gambarannya?
Terkait dengan hal tersebut, Kompas.com menghubungi dr. Renan Sukmawan, ST, MARS, PhD, SpJP(K) yang merupakan Kepala Departemen Dept. Kardiologi & Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saat dihubungi, dia mengatakan jika memiliki riwayat jantung, maka harus dipastikan dahulu penyakit jantung apa yang diderita karena terdapat berbagai jenis penyakit jantung.
Menurut Renan, seseorang yang memiliki riwayat sakit jantung, maka jika masih dalam kategori ringan, bisa dites dengan melakukan treadmill test atau uji latih jantung.
“Kalau kapasitas fungsionalnya baik, kita cukup berikan obat-obatan misalnya dan tetap bisa naik gunung,” ujar dia, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/9/2021).
Adapun pada sakit jantung sedang sampai berat, maka perlu diberi obat atau tindakan tertentu, seperti pasang ring atau tindakan operasi.
Jika kondisi demikian, maka seseorang setelah tindakan, bisa melakukan latihan lagi sehingga bisa kembali naik gunung.
“Kalau penyakit jantungnya sudah lanjut yang sudah tidak bisa dioperasi atau dilakukan tindakan, biasanya tidak kita sarankan untuk olahraga berat termasuk juga naik gunung,” ujar dia.
Baca juga: Persiapan dan Aturan Pelaksanaan Kuliah Tatap Muka, Ini yang Perlu Diperhatikan
Pada kondisi ini maka pasien tetap memerlukan obat untuk bisa melakukan aktivitas ringan sehari-hari.
Renan mengingatkan, seorang pendaki memastikan dirinya tak memiliki risiko penyakit jantung terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun.
Begitu juga seseorang yang memiliki salah satu faktor risiko, seperti merokok, darah tinggi, sakit gula, kolesterol tinggi, riwayat keluarga dengan serangan jantung atau meninggal mendadak di usia muda karena kecurigaan sakit jantung.